Jumat 02 Feb 2018 02:26 WIB

PBNU Sampaikan Belasungkawa Atas Berpulangnya Ustaz Prawoto

Polisi diminta mengungkap apakah pelaku benar-benar tidak waras.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Esthi Maharani
Para pelayat tengah menyolatkan Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya di mesjid Al Muhajirin Jalan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (1/2)
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Para pelayat tengah menyolatkan Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya di mesjid Al Muhajirin Jalan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (1/2)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto. Almarhum meninggal dunia karena dianiaya seorang pria pada Kamis (1/2).

"Kami keluarga besar NU turut berduka dan mendoakan mudah-mudahan almarhum meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Pengurus Cabang sudah melakukan takziah, berbelasungkawa, dan menyampaikan doa keprihatinan ke rumah duka," ujar Helmy, Kamis (1/2) petang.

Ia mengutuk keras segala tindakan kekerasan yang dilakukan oleh siapapun kepada orang tak bersalah, apalagi kepada sosok yang dikenal sebagai tokoh agama. Helmy meminta polisi mengusut tuntas kejadian tersebut serta meningkatkan keamanan.

Pria 45 tahun kelahiran Cirebon itu melihat pola serupa pada penganiayaan yang menimpa KH Umar Basri atau Kiai Emon beberapa waktu lalu. Kiai Emon yang mengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Santiong Bandung diserang oleh pelaku tak dikenal yang berperilaku menyimpang.

 

Kondisi sama ditengarai terjadi kepada almarhum Ustaz Prawoto. Pelaku yang berkali-kali memukuli almarhum menggunakan potongan pipa besi dan telah diamankan diduga mengalami depresi dan tengah diobservasi di Rumah Sakit Jiwa Cisarua.

Helmy mempercayakan kepada kepolisian untuk mengungkap apakah pelaku benar-benar tidak waras. Penyandang gelar Doctor Honoris Causa UIN Sunan Gunung Djati itu juga mempertanyakan apakah ada indikasi pelaku merupakan bagian dari jaringan kelompok yang hendak memprovokasi dan memecah belah.

"Harapan kami negara ini harus bisa memberikan rasa aman kepada warganya. Kalau orang dalam kapasitas sebagai tokoh saja menghadapi situasi tidak aman, bagaimana dengan warga biasa?" kata politisi yang menjabat sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu II itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement