Rabu 31 Jan 2018 11:05 WIB

Indonesia Hasil Komunikasi Bung Karno ke Banyak Tokoh Agama

Kapolri telah salah besar dalam memahami sejarah perjalanan bangsa

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pakar Sejarah Indonesia, Ahmad Mansur Suryanegara mengkritik keras pernyataan Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian dalam salah satu video yang menjadi viral. Hal ini terkait pernyataan Tito hanya NU dan Muhammadiyah yang mendirikan bangsa ini, sedangkan organisasi Islam lain, hanya ingin merontokkan negara Indonesia.

Menurut Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran ini, hadirnya Indonesia itu hasil komunikasi Bung Karno ke banyak tokoh agama. Tidak terkecuali berbagai tokoh umat Islam dari berbagai pergerakan sejak sebelum kemerdekaan.

"Jadi bukan hanya NU dan Muhammadiyah, ada Sarekat Islam yang melahirkan banyak tokoh intelektual, Ahmad Hasan dari Persis ketika Bung Karno di Ende dan Tokoh PII yang sebelumnya tergabung dalam Jong Islamieten Bond," ungkap Mansur, Selasa (30/1).

(Baca: MUI: Surat untuk Kapolri Bentuk Sikap Kritis)

Penulis buku 'Api Sejarah' ini memaparkan sosok Mohammad Natsir yang kemudian menjadi Perdana Menteri ke lima Presiden Soekarno itu adalah tokoh PII (Pergerakan Islam Indonesia), yang ia juga pernah sebagai Jong Islamieten Bond dan juga pimpinan Persatuan Islam (Persis). Dari sosok Mohammad Natsir itulah terminologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) muncul.

"Dari Natsir bersama tokoh Islam lain, termasuk NU dan Muhammadiyah Partai Masyumi lahir," kata dia.

Jadi, tentu menurut dia, pernyataan Kapolri yang menyebut hanya NU dan Muhammadiyah yang mendirikan negara ini sangat salah besar. Apalagi bila pernyataan itu dilanjutkan selain dua itu adalah kelompok yang ingin merontokkan NKRI.

Karena itu sebagai sejarawan Mansur sungguh sangat menyayangkan pernyataan Kapolri dalam video tersebut. Menurutnya Kapolri telah salah besar dalam memahami sejarah perjalanan bangsa ini, khususnya dalam memahami peran dan perjalanan tokoh Islam semasa pergerakan dan revolusi kemerdekaan.

"NU dan Muhammadiyah berperan besar tapi sangat salah kalau kemudian menyebut hanya dua itu dan yang lain dianggap ingin merontokkan negara," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement