Jumat 19 Jan 2018 00:57 WIB

Melihat Posisi dan Peran Perempuan dalam Ajaran Islam

Rep: Fergie Nadira/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah perempuan membaca kitab suci Al Quran
Foto: Republika/Eka Ramadani
Sejumlah perempuan membaca kitab suci Al Quran

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Penulis buku 'Potret Gerakan Perempuan Muslim Progresif Indonesia', Neng Dara Afifah membagikan pengalamannya menggeluti pemikiran mengenai posisi dan peran perempuan dalam ajaran Islam serta gerakan perempuan di Indonesia sepanjang masa pemerintahan orde baru maupun di masa reformasi. Setelah lebih dari 16 tahun mengumpulkan literasi, ia meluncurkan dua buku sekaligus yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Dari studi mengenai pembaruan pemikiran dan gerakan Islam dan pengaruhnya pada perubahan sosial, Neng melihat kurangnya perhatian terhadap proses terhadap gerakan perempuan muslim, tantangan dan capaian-capaiannya.

"Sementara saya memandang, gerakan perempuan dalam kelompok muslim ini adalah kelompok masyarakat yang turut menentukan perubahan sosial ke arah masyarakat yang demokratis, menghargai kemajemukan agama, dan kelompok (pluralisme) serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan hak-hak asasi perempuan," ujar Neng saat peluncuran buku, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (17/1).

Dengan judul menggunakan kata 'progresif' di belakang kata 'perempuan muslim Indonesia', Teh Neng, sapaannya, bermaksud untuk mengungkapkan kemajuan perempuan muslim Indonesia yang tidak harus meninggalkan hal-hal positif yang masih relevan di masa lalu untuk dibawa ke masa kini tetapi hal-hal itu di sambut baik di masa kini dalam menyongsong kemajuan di masa mendatang.

"Perempuan muslim progresif memiliki ciri-ciri melekat, seperti mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dalam penegak hak-hak dasar manusia terutama hak-hak perempuan," ujarnya.

Kemudian, ciri melekat dalam bukunya adalah perjuangan mewujudkan kehidupan damai dan toleran yang menghargai hak-hak minoritas agama dan kepercayaan sebagai hak yang harus dilindungi negara. Di samping itu, Neng yang pernah menjadi komisioner Komnas Perempuan pada 2007-2009 juga memandang manusia dari beragam budaya dengan setara tanpa diskriminalisasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement