Senin 15 Jan 2018 11:13 WIB

Dua Kiai di Balik Gelora Bung Karno

Rep: Novita Intan/ Red: Esthi Maharani
Wajah Baru Stadion Utama Gelora Bung karno (SUGBK) usai dilakukan renovasi untuk Asian Games 2018, Jakarta, Sabtu (13/1).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Wajah Baru Stadion Utama Gelora Bung karno (SUGBK) usai dilakukan renovasi untuk Asian Games 2018, Jakarta, Sabtu (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tahun ini, Indonesia kembali menjadi tuan rumah event olahraga terbesar di Asia, Asian Games. Untuk menyambut gelaran ke-18 perlombaan berbagai cabang olahraga antarnegara tersebut, Pemerintah Indonesia merenovasi Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Presiden Joko Widodo pun telah meresmikan stadion yang selesai dibangun pertama kali pada 1962 itu pada Ahad (14/1).

Di balik kemegahan bangunan Gelora Bung Karno, ternyata tersimpan kontribusi dua ulama cum politisi yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), yaitu KH Saifuddin Zuhri dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Keduanya yang memberi nama sekaligus mempertahankan kompleks olahraga terbesar di Indonesia itu.

Seperti dilansir dari laman, NU.or.id,  saat akan diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 1962 kawasan yang berdiri di atas lahan seluas 270 hektare itu belum memiliki nama. Pada suatu pagi di serambi belakang Istana Merdeka, Bung Karno bersama beberapa menteri sedang membicarakan hal tersebut. Hadir di antaranya Menteri Dalam Negeri Soemarno, Menteri Olahraga Maladi, dan beberapa pejabat lainnya, termasuk Menteri Agama kala itu KH Saifuddin Zuhri.

Dalam perbincangan tersebut, hampir disepakati sebuah nama untuk kompleks tersebut, yaitu Pusat Olah Raga Bung Karno. Tetapi, sebagaimana tertulis dalam Authorized KH. Saifuddin Zuhri: Berangkat dari Pesantren (LKiS: 2013), usulan tersebut disanggah oleh KH Saifuddin (ayah Menteri Agama RI saat ini, Lukman Hakim Saifuddin).

"Nama itu tidak cocok dengan sifat dan tujuan olahraga," komentar Kiai Saifuddin. Semua mata tertuju kepadanya seakan tampak tak senang dengan sanggahannya tersebut.

"Mengapa?" selidik Bung Karno.

"Kata 'pusat' pada kalimat 'Pusat Olah Raga' itu kedengarannya kok statis, tidak dinamis seperti tujuan kita menggerakkan olahraga," jawab Kiai Saifuddin.

"Usulkan nama gantinya kalau begitu!" sergah Bung Karno.

"Nama 'Gelanggang Olah Raga' lebih cocok dan lebih dinamis," usulnya.

"Nama Gelanggang Olah Raga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno! Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga," jelasnya lebih lanjut.

"Waah, itu nama yang hebat. Saya setuju!" ungkap Bung Karno.

Saat itu pula, Bung Karno memerintahkan Menpora Maladi untuk mengganti nama tempat tersebut menjadi Gelora Bung Karno. Pada kesempatan itu pula, Kiai Saifuddin mengusulkan pemerintah untuk membangun masjid di areal GBK. Usul itupun diterima oleh Bung Karno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement