Rabu 10 Jan 2018 06:44 WIB

Sebelum Khadijah, Siapa Perempuan Pertama di Hati Rasulullah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Esthi Maharani
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum menjadi seorang nabi, Muhammad SAW sudah masyhur berbudi pekerti luhurnya. Masyarakat Makkah bahkan menggelarinya al-Amin. Artinya, orang yang dapat dipercaya.

Sifat mulia itulah yang menarik perhatian banyak kaum perempuan Arab, termasuk Khadijah binti Khuwailid. Pada akhirnya, Muhammad SAW pun menikah dengan saudagar tersebut.

Namun, jauh sebelum mengenal cinta Khadijah, ada perempuan yang sudah ditaksir Muhammad SAW. Dialah Fakhitah binti Abu Thalib.

Menurut Ali Audah dalam bukunya, Ali bin Abi Talib: Sampai kepada Hasan dan Husain, salah seorang putri paman Rasulullah SAW itu akrab disapa Um Hani.

Muhammad SAW pernah menyampaikan hasratnya untuk melamar putri pamannya itu. Tetapi Abu Talib sudah punya rencana lain untuk putrinya itu, demikian ungkap Ali Audah.

Hubairah dari kabilah Bani Makhzum sudah lebih dahulu melamar Um Hani. Pria itu masih berkerabat dengan Abu Talib dari garis ibu. Dia juga dikenal karena kekayaannya dan kepandaian bersyair.

Saat itu, Bani Makhzum berkembang cukup pesat, sedangkan Bani Hasyim, yakni kabilah Abu Talib dan Muhammad SAW, cenderung berkurang peranannya.

Seperti diketahui, masyarakat Arab sangat memandang penting kabilah yang besar dengan jumlah anak laki-laki. Sebab, dari sanalah dapat diukur seberapa besar peranan suatu kabilah.

Bagaimanapun, Muhammad SAW menerima keputusan pamannya. Abu Talib beralasan kepada kemenakannya itu bahwa dahulu Bani Makhzum telah mengawinkan gadis-gadisnya kepada Bani Hasyim.

Orang yang telah bermurah hati harus dibalas dengan sikap serupa, kata Abu Talib.

Muhammad SAW pun mengartikan kata-kata sang paman sebagai sopan santun bahwa dirinya dinilai belum waktunya menikah.

Hubungan Rasulullah SAW dengan Abu Talib sangat erat.

Sejak kecil, Muhammad SAW yatim piatu. Ayah Abu Talib, Abdul-Muttalib, kemudian mengasuh Muhammad SAW hingga wafatnya.

Abdul-Muttalib sempat berwasiat kepada Abu Talib agar merawat cucunya itu sepeninggalan dirinya.

Selanjutnya, Abu Talib mengasuh Muhammad SAW, meskipun dalam keadaan miskin dan banyak anak. Kasih sayang dan perlindungan Abu Talib tidak berkurang sedikit pun kepada Muhammad SAW, bahkan sampai risalah kenabian datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement