Selasa 09 Jan 2018 15:44 WIB

Bueka Istimewa Aisyiyah Bertekad Tebar Jaringan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Bueka Istimewa
Foto: Wahyu Suryana / Republika
Bueka Istimewa

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Air mineral kemasan Bueka Istimewa memang baru diluncurkan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pengurus Wilayah Aisyiyah (PWA) DIY. Namun, Bueka Istimewa sudah memiliki cukup banyak peminat.

Ketua MEK PWA DIY, Kiptiyah mengatakan, Bueka Istimewa telah mendapatkan sambutan yang sangat baik. Bahkan, sebelum diluncurkan, Bueka Istimewa sudah mendapatkan pesanan-pesanan untuk menjadi agen-agen.

"Sepekan ini 22 agen-agen muncul, luar biasa, setiap hari pesanan muncul," kata Kiptiyah saat peluncuran Bueka Istimewa di Yogyakarta, Selasa (9/1).

Dalam kesempatan itu, Nuni dari Pengurus Wilayah Aisyiyah (PWA) Sumatra Utara, mengungkap keresahan masyarakat Sumut yang sudah lama ingin memiliki ari minum sendiri. Pasalnya, selama ini walau semangat Islam begitu besar, belum ada langkah nyata yang dilakukan.

Padahal, lanjut Nuni, Sumatra Utara memiliki setidaknya 120 Pengurus Wilayah Aisyiyah. Karenanya, ia merasa itu merupakan potensi yang sangat besar pula mengembangkan Bueka, sekaligus mengembangkan pergerakan Aisyiyah.

"Maka itu, kita berharap bisa segera mengembangkan ini (Bueka) ke Sumatra Utara," ujar Nuni.

Sebagai produsen, Owner Indo Lajut Utama, Indry menyambut baik keinginan PWA Sumatra Utara mengembangkan Bueka Istimewa di sana. Namun, ia mengingatkan, lisensi yang ada memang akan tetap dimiliki Yogyakarta. Meski begitu, ia mengungkapkan, rencana itu sudah dikomunikasikan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Karenanya, walau tetap akan ada proses-proses yang harus dijalankan, Indry optimis mengembangkan Bueka ke pasar nasional.

"Kita berharap insya Allah setengah tahun ke depan bisa buka di daerah-daerah lain," kata Indry.

Sebelum diluncurkan, Bueka Istimewa sendiri telah menjalani proses setidaknya dua tahun memenuhi syarat-syarat yang ada. Mulai Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sampai LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement