Selasa 09 Jan 2018 12:15 WIB

Abu Hurairah Sosok yang Mencerminkan Perubahan Tradisi Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hurairah merupakan intelektual terkemuka. Dia memiliki karunia yang tidak biasa berupa ingatannya yang kuat. Namun, dengan keberkahan tersebut, dia harus menghadapi ujian fitnah dari kelompok yang senang dengan tipu muslihat.

Karunia berupa pendengaran dan ingatan yang sangat baik dimanfaatkannya untuk mendengarkan, mengerti, dan menghafal banyak hadis. Itulah sebabnya dia mampu menghafal dan menceritakan hadis lebih dari sahabat Rasulullah lainnya.

Selama periode al-Wada'iin, para penulis pembohong menyalahgunakan reputasi Abu Hurairah untuk menceritakan tentang Rasulullah. Setiap kali membuat hadis palsu dengan mengutip Abu Hurairah, mereka berusaha membuat reputasi dan status Abu Hurairah sebagai narator tentang Nabi dipertanyakan. Namun, karena pengabdian hidup untuk meriwayatkan hadis Nabi dan menolak setiap ke palsuan, Abu Hurairah diselamatkan dari kebohongan dan tipu daya ter sebut.

Abu Hurairah merupakan sosok yang mencerminkan perubahan besar dalam tradisi Islam. Dia berubah dari seorang pekerja menjadi majikan, dari orang yang tak dikenal menjadi imam dan orang yang luar biasa, dari pemuja batu menjadi beriman kepada Allah.

Masa kecilnya sebagai anak yatim miskin membuatnya harus hidup penuh dengan kesungguhan. Dia berasal dari Yaman, suku Daus. Abu Hurairah lahir sekitar 21 tahun sebelum Hijriyah. Kemudian, dia bekerja kepada Busrah binti Ghazwaan untuk memenuhi kebutuhan ma kan an sehari-hari.

Kesehariannya diisi dengan bekerja sebagai budak yang membantu majikan turun dari kuda dan berjalan bersamanya saat Ghazwaan berkuda. Setelah menjadi Muslim, majikannya pun dijadikan oleh Allah sebagai istrinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement