Rabu 27 Dec 2017 15:09 WIB

Ini Tantangan Pondok Pesantren

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Seorang santri membersihkan koleksi Kitab Kuning di Pondok Pesantren / Ilustrasi
Foto: Antara/Arief Priyono
Seorang santri membersihkan koleksi Kitab Kuning di Pondok Pesantren / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) bersama para kiai dan ustaz dari pondok pesantren se-Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Moderasi Islam pada Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Al-Hamid, Cipayung, Jakarta pada Selasa (26/12) malam. FGD tersebut mengusung tema Peningkatan Deradikalisasi Bagi Santri Pendidikan Pesantren.

"Tantangan umat Islam terutama pondok pesantren hari ini dan ke depan adalah bagaimana pesantren mampu menjawab dan menyikapi perbedaan dan keragaman dalam kehidupan," kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dari Kemenag RI, Dr Ahmad Zayadi melalui keterangan tertulis kepada Republika, Rabu (27/12).

(Baca juga: Kemenag Perkuat Moderasi Islam di Pondok Pesantren)

Zayadi mengatakan, bagi komunitas pesantren, pengayaan atas perspektif komparatif itu didapatkan dari kitab-kitab kuning yang memuat perspektif komparatif tentang isu yang dibahasnya. Dalam kajian fikih misalnya, mengenali adanya fikih muqaranah atau hukum Islam perbandingan.

Ia menjelaskan, isu-isu khilafiyah atau hukum Islam yang memiliki banyak pendapat di bidang fikih dan kajian lainnya di pesantren bukan hal yang baru. Para santri justru bisa belajar dari para ulama yang berargumentasi untuk menopang pendapat mereka masing-masing.

"Sembari pada akhirnya mereka akan mengambil pendapat yang paling rajih. Pada tataran ini, para santri cenderung menyikapi perbedaan pendapat para ulama dengan kepala dingin, tanpa sikap takfir (mengkafirkan)," ujarnya.

Ia mengungkapkan, kondisi inilah yang dapat mengantarkan para santri pada sikap yang tidak mudah menyalahkan orang lain sepanjang memiliki argumentasi yang kuat. Tantangan pesantren lainnya, dikatakan Zayadi, berkaitan dengan relasi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Yakni beragama dalam konteks Indonesia yang plural dalam waktu bersamaan bernegara dalam konteks Indonesia yang religius.

Ia mengatakan, dengan dikumpulkannya para kiai dan ustaz pondok pesantren se-Indonesia di FGD ini, diharapkan masing-masing dapat bertukar pengalaman untuk bersama-sama membangun bangsa Indonesia ke depan. "Membangun bangsa Indonesia dalam perspektif orang-orang pesantren yang senantiasa menghargai warisan tradisi intelektual masa lalu, tanpa harus menutup diri dari konstelasi perubahan dan perkembangan zaman," ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi ini diakui atau tidak, menjadi benteng paling kokoh yang melindungi komunitas pesantren dari infiltrasi paham ideologi yang radikal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement