Ahad 31 Dec 2017 21:50 WIB

Peserta Dzikir Nasional: Kita Harus Move On dari Kembang Api

Rep: Ali Mansur/ Red: Agung Sasongko
Sholat Maghrib.   Peserta Perempuan  menunaikan sholat maghrib dalam acara Dzikir Nasional di Masjid At-tin, Jakarta, Ahad (31/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sholat Maghrib. Peserta Perempuan menunaikan sholat maghrib dalam acara Dzikir Nasional di Masjid At-tin, Jakarta, Ahad (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam pergantian tahun baru Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta dipadati peserta Dzikir Nasional Republika, Ahad (31/12) malam WIB. Mereka tidak hanya datang dari Jakarta, tapi juga dari kota-kota penyangga dari Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang. Bahkan peserta Dzikir Nasional mulai dari lanjut usia (lansia) sampai anak-anak.

Di pelataran masjid yang dibangun pada 1997 itu mereka menggelar tikar yang dibelinya dari pedagang asongan. Mereka tidak menghiraukan apabila nantinya hujan mengguyur. "Saya datang dari Tangerang mas, daripada tahun baruan ke Ancol mending ke sini (Masjid Attin) dapat pahala," jelas Aminah (43), saat ditemui di Kompleks Masjid Attin, Ahad (31/12).

Aminah tidak sendiri, dia hadir bersama ibunya yang sudah lanjut usia. Menurutnya, meski orang tuanya sudah berusia lanjut tapi tidak menghalangi semangatnya untuk berdzikir di pergantian tahun baru. Dia berharap pada tahun depan keluarganya menjadi lebih baik lagi dalam berada.

"Harapannya tahun depan shalatnya lebih rajin lagi," tambahnya.

Sementara itu, Fahmi yang memboyong keluarganya dari Bekasi untuk ikut Dzkir Nasional. Termasuk anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Fahmi mengatakan, dengan mengajaknya ke acara Dzikir Nasional, maka dia mengajarkan anaknya cara memperingati tahun baru dengan kegiatan yang bermanfaat.

"Ini acara bagus sekali, sangat bermanfaat. Kita harus move on dari kembang api dan kegiatan yang menjurus tidak baik," tutur Fahmi.

Dalam acara Dzikir Nasional Republika itu juga dihadiri oleh sejumlah tokoh. Diantaranya adalah pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Solahudin Wahid atau Gus Solah, kemudian juga pimpinan Majelis Dzikir Ad-Zikra, Arifin Ilham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement