Rabu 27 Dec 2017 20:40 WIB

Umat Islam Sedang Mencari Pemimpin

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Komisi Litbang MUI DKI Jakarta KH. A. Ahmad Syafi'i Mufid bersama Ketua MUI DKI Jakarta Syarifuddin Abdul Ghani saat Seminar Catatan Akhir Tahun Islam di Ibu Kota 2017 di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (27/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Komisi Litbang MUI DKI Jakarta KH. A. Ahmad Syafi'i Mufid bersama Ketua MUI DKI Jakarta Syarifuddin Abdul Ghani saat Seminar Catatan Akhir Tahun Islam di Ibu Kota 2017 di Kantor Republika, Jakarta, Rabu (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan seminar catatan akhir tahun Islam di Ibukota 2017 di Kantor Harian Republika pada Rabu (27/12). Ketua Komisi Litbang MUI Provinsi DKI Jakarta, KH A Ahmad Syafi'i Mufid yang menjadi narasumber dalam seminar berpandangan, saat ini umat sedang mencari pemimpin.

KH Syafi'i mengatakan, sekarang umat ingin memenuhi apa yang dinasihatkan Rasulullah. Yakni menegakkan jamaah dalam Islam. Berpegang teguhlah dalam Islam dan jangan berpecah belah. Jamaah adalah rahmat, sementara perpecahan adalah azab.

"Umat sedang berjalan menuju, memenuhi nasihat Rasulullah, perintah Rasulullah agar berjamaah," kata KH Syafi'i kepada Republika.co.id.

Dikatakan Kiai Syafi'i, setelah berjamaah, yang berikutnya adalah pemimpin. Umat akan terus mencari pemimpin sampai ketemu pemimpin Islam. Apakah itu di tingkat lokal atau di tingkat nasional. Bahkan Insya Allah nanti di tingkat Internasional.

Dia mengungkapkan, perintah Rasulullah untuk melaksanakan jamaah, sekarang dilakukan oleh umat Islam Jakarta dan Indonesia. Mengapa baru sekarang jamaahnya dilakukan umat karena momentum. "Jadi ini momentum ketertinggalan umat Islam. Umat Islam merasa tidak diperlakukan secara adil, justru itulah yang membangkitkan mereka untuk bergerak, mengonsolidasi diri menjadi sebuah gerakan," ujarnya.

Kiai Syafi'i menegaskan, itulah tanda-tanda kebangkitan umat Islam. Setelah umat Islam mengalami periode yang paling tidak menyenangkan yaitu pascakeruntuhan Utsmaniyah. " Sekarang zaman kekuasaan yang memaksa. Pemaksaannya dengan sistem ekonomi dan sistem uang kertas serta sistem-sistem lain yang terkait dengan tatanan dunia baru,"  ujarnya.

Ia mengungkapkan, umat sudah dalam keadaan terpuruk, di mana-mana umat hancur. Sumber daya umat yang luar biasa tidak bisa bermanfaat untuk pengembangan sumber daya manusia. "Ketimpangan inilah yang membuat mereka sadar, kan ada janji di dalam hadis, suatu saat nanti akan turun Imam Mahdi, akan turun Nabi Isa untuk memenuhi keadilan dan kesejahteraan, itu tanda-tanda kiamat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement