Jumat 01 Dec 2017 13:10 WIB
Maulid Nabi Muhammad

Kemenangan Perang Badar, Memperkuat Posisi Umat Islam

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW di Madinah, umat Islam kala itu mengalami beberapa peperangan besar yang tercatat dalam sejarah hingga kini. Salah satunya adalah Perang Badar dan Perang Uhud. Sebelum pertempuran Badar, kaum Muslimin dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624 masehi.

Namun konflik bersenjata tersebut tidak sampai membawa pasukan yang cukup besar. Sampai pada Perang Badar, ketika Quraisy semakin marah atas penyergapan kaum Muslimin, pertempuran skala besar pertama terjadi di Badar, antara Muslimin dan Quraisy. Setelah kematian Amr bin al Hadrami. Tokoh Quraisy dikabarkan sangat marah besar atas kabar tewasnya Amr bin al Hadrami.

Hingga pada satu saat ketika Rasulullah mendengar kembali kabar rombongan kafilah Quraisy, dipimpin Abu Sufyan. Dikabarkan Abu Sufyan sempat mengambil harta kaum muslimin di Mekkah, dan kini ia pulang berdagang dari Syam. Rasulullah kemudian memerintahkan pasukan Muslimin menghadang rombongan Abu Sufyan. Rencana penghadangannya ini terdengar oleh Abu Sufyan, sehingga ia memerintahkan utusan untuk mendahului ke Makkah dan mengabarkan ke tokoh Quraisy.

Kabar tersebut sampai di Makkah, tokoh Quraisy membuat seruan bersama memerangi kaum Muslimin, dan menyiapkan seluruh pasukan Quraisy untuk menggagalkan penghadangan kaum Muslimin. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat-sahabatnya akhirnya meninggalkan kota Madinah. Mereka bersiap untuk mencegat kafilah dagang Quraisy dari Syam yang dipimpin Abu Sufyan. Abu Sufyan memang dikenal licin dan selalu lolos dari penghadangan kaum Muslimin.

 

Kepergian Rasulullah ini kemudian menyerahkan kepemimpin shalat kepada Amr bin Um Maktum, sedang pimpinan Madinah diserahkan kepada Abu Lubabah dari Rauha'. Dalam perjalanan ini Muslimin didahului oleh dua bendera hitam. Rombongan membawa tujuh puluh ekor unta yang dinaiki secara bergantian.

Setiap dua orang, setiap tiga orang dan setiap empat orang bergantian naik seekor unta. Nabi Muhammad juga mendapat bagian sama seperti para sahabat yang lain. Rasulullah, Ali bin Abi Thalib dan Marsad bin Abi Marsad al-Ganawi bergantian naik seekor unta. Abu Bakr, Umar dan Abdur-Rahman bin Auf juga bergantian hanya dengan seekor unta.

Jumlah mereka yang berangkat bersama Nabi Muhammad dalam perjalanan ini terdiri dari 313 orang. Dimana 83 diantaranya Muhajirin, 61 orang Aus dan selebihnya dari Khazraj. Dikhawatirkan Abu Sufyan akan menghilang lagi. Cepat-cepat mereka berangkat sambil terus berusaha mengikuti berita-berita tentang Abu Sufyan dimana ia berada.

Pasukan Muslimin meneruskan perjalanan hingga sampai di sebuah wadi bernama Zafiran, di tempat itu mereka turun. Dan ditempat itu lah mereka mendapatkan berita bahwa pihak Quraisy sudah berangkat dari Mekah untuk melindungi kafilah mereka. Dalam perkembangannya suasana berubah. Kaum Muslimin bukan sekedar menghadapi kafilah dagang Abu Sufyan dan penjaganya. Tapi berhadapan dengan para pemimpin Quraisy Makkah bersama 1000 pasukannya.

Diantaranya ada Amr bin Hisyam, Abu Jahl, Walid bin Utbah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf. Dalam perjalanannya, kaum Muslimin gagal mencegat Abu Sufyan, ia pun akhirnya bergabung dengan pasukan Quraisy. Setelah itu kelompok Quraisy bersatu turun ke medang perang. Mereka mengutus orang yang akan memberikan laporan tentang keadaan kaum Muslimin.

Mereka pun tahu jumlah kaum Muslimin jauh lebih kecil dari mereka. Abu Jahl menjadi pihak Quraisy yang paling keras akan membunuh Nabi Muhammad SAW dan rombongan kaum Muslimin. Pada Jumat pagi 17 Ramadhan, Muslimin dan Quraisy saling berhadap-hadapan. Seorang dari Bani Makhzum, Aswad bin Abdul-Asad dari kelompok Quraisy ke luar dari barisan dengan langsung menyerbu ke tengah kelompok Muslimin.

Serangan Aswad bin Abdul Asad ini bertujuan menghancurkan kolam air yang dibuat kaum Muslimin untuk menjaga pasukan dari dahaga. Namun serangan Aswad itu dihadang Hamzah bin Abdul-Muthalib dengan satu pukulan, mengenai kakinya dan jatuh tersungkur. Hamzah pun memukulnya sekali lagi hingga Aswad tewas. Tewasnya Aswad ini membuat Utbah bin Rabi'ah tampil membawa Syaibah dan Walid bin Utbah sebagai ajakan berduel.

Ali bin Abi Thalib dan Ubaidah bin al Haris mendampingi Hamzah. Pertarungan ini menjadi duel tiga lawan tiga antara Hamzah, Ali bin Abi thalib dan Ubaidah bin al Haris dari kaum Muslimin. Melawan Utbah bin Rabi'ah, Syaibah dan Walid bin Utbah dari kaum Quraisy. Duel ini pun dimenangkan kaum Muslimin, walau dengan luka parah yang dialami Ubaidah hingga menyebabkan ia wafat.

Selanjutnya kedua pasukan mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Atas izin Allah, pasukan Muslimin yang berjumlah jauh lebih kecil menang, dengan pasukan Quraisy Mekkah yang berjumlah jauh lebih besar. Kaum Quraisy dibuat seolah tidak bersemangat dalam berperang. Segera saja mereka tercerai-berai dan melarikan diri. Pertempuran itu sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan selesai lewat tengah hari. Dalam pertempuran Badar ini, tokoh penting Mekkah, Amr bin Hisyam dan Umayyah, tewas.

Pertempuran Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya memperkuat tokoh Nabi Muhammad SAW. Dan kemenangan Badar akan menentukan arah masa depan Jazirah Arabia pada abad selanjutnya. Nabi Muhammad SAW, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama.

Seorang Orientalis, Karen Armstrong menyebut, "selama bertahun-tahun Muhammad telah menjadi sasaran pencemoohan dan penghinaan; tetapi setelah keberhasilan yang hebat dan tak terduga itu, semua orang di Arabia mau tak mau harus menanggapinya secara serius." Marshall Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di Badar memaksa suku-suku Arab lainnya untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah satu penantang dan pewaris potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang dimiliki oleh kaum Quraisy."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement