Sabtu 25 Nov 2017 13:36 WIB

Serangan Terorisme Masjid Sinai: Apa yang Diketahui?

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Korban bom dan penembakan bergelimpangan di sebuah masjid dekat Kota Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).
Foto: Stringer/EPA-EFE
Korban bom dan penembakan bergelimpangan di sebuah masjid dekat Kota Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  Sebuah serangan kelompok bersenjata membunuh 235 orang di sebuah masjid di Semenanjung Sinai, Mesir. Serangan yang terjadi di kota Bir al-Abed, berlokasi sekitar 40 km barat ibukota Provinsi Sinai Utara, El Ariss itu terjadi usai jamaah melakukan shalat Jumat.

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyebut, serangan itu sebagai tindakan kriminal dan pengecut. Beberapa jam usai serangan, pesawat tempur Mesir, menargetkan daerah pegunungan di sekitar Bir al-Abed.

Dilansir dari Aljazereea, inilah yang kita ketahui sejauh ini.

Apa yang terjadi?

 

Saat shalat Jumat berlangsung di sebuah masjid sufi di Bir al-Abed, Sinai Utara, empat kendaraan melaju ke masjid itu. Laporan mengatakan, penyerang menanam bahan peledak dan melepaskan tembakan ke arah para jamaah.

Para penyerang tak memberi ampun pada jamaah. Mereka menargetkan jamaah yang berusaha melarikan diri.

Media pemerintah mesir menyebut, sedikitnya 235 orang tewas dan 120 lainnya terluka. Itu adalah serangan paling mematikan dalam sejarah di Mesir.

Gambar yang beredar di sosial media Twitter dan TV Mesir menunjukkan, lusinan tubuh berlumuran darah tergeletak di lantai masjid. Sebagian besar wajah korban tertutu kain putih. Beberapa mayat terbungkus sajadah.

Masjid Bir al-Abed menjadi sasaran empuk, karena berada di luar kota utama provinsi tersebut. Sebuah anggapan lain menyebut serangan itu beralasan banyak jamaah pengikut sekte sufi di masjid itu.

Kelompok Negara Islam dan Levant (ISIS) menganggap sufi adalah kelompok kafir. Insiden tersebut terjadi satu hari sebelum persimpangan perbatasan Mesir/Palestina di Rafah dibuka.

Rencananya, perbatasan itu dibuka selama tiga hari mulai Sabtu (25/11), setelah ditutup Agustus lalu. Namun, Mesir menutup perbatasan dengan alasan keamanan.

Siapa di balik serangan itu?

Sejauh ini, tidak ada kelompok mengaku bertanggung jawab. Nmaun, afiliasi lokal ISIL, yang juga dikenal dengan ISIS, mengklaim atas serangan sebelumnya.

Seorang profesor di Universitas Nil di Kairo, Timothy Kaldas mengatakan, serangan tersebut sesuai dengan pola serangan ISIS. "Berpotensi, ada serangan lain terhadap para sufi di Sinai utara," ujar Kaldas.

Ia menilai, serangan itu merupakan pembalasan terhadap suku yang bekerja sama dengan negara yang menekan ISIS.

Semenanjung Sinai menjadi lokasi serangan selama bertahun-tahun. Mesir memerangi sebuah kampanye anti-pemerintah bersenjata di wilayah yang kasar dan padat penduduknya.

Konflik tersebut terjadi pada 2013, setelah militer Mesir menggulingkan Mohamed Morsi, presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis setelah Arab Spring. Dengan penggulingan Mursi, pasukan di Semenanjung Sinai bangkit dan mulai menyerang pasukan keamanan Mesir.

Selama bertahun-tahun, sebagian besar serangan ditargetkan pada tentara dan polisi. Namun, banyak warga sipil terbunuh. Sejauh ini, ratusan orang tewas dalam konflik itu.

Pada 2014, Presiden Sisi Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan keadaan darurat di semenanjung tersebut, setelah seorang pembom bunuh diri membunuh 33 tentara. Dia menggambarkan, daerah tersebut sebagai tempat bersarang untuk terorisme dan teroris.

Selama beberapa bulan terakhir pada 2017, sejumlah serangan terjadi. Sebanyak enam pasukan keamanan tewas pada Oktober, dan 18 pada September.

Bagaimana reaksi pemerintah Mesir terhadap serangan tersebut?

Tak lama setelah serangan pada Jumat lalu, Presiden Sisi mengutuk serangan tersebut. Dia menyampaikan belasungkawa kepada korban dan keluarga. Ia menegaskan, tak ada ampun pada serangan itu.

Pemerintah mengumumkan tiga hari berkabung untuk para korban. Angkatan bersenjata dan polisi akan membalaskan dendam. "Aparat berusaha dan mengembalikan keamanan dan stabilitas dengan kekuatan maksimal," kata Sisi.

Setelah pidato Presiden Sisi, pesawat tempur Mesir menargetkan beberapa tempat di daerah sekitar Bir al-Abed.

Profesor Kaldas mengatakan, banyak orang mengkritik strategi bumi hangus pemerintah Mesir di Sinai. Kendati demikian, ia menilai, Sinai merupakan medan yang sangat menantang.

Ini adalah daerah padang pasir pegunungan tidak begitu berkembang. Bahkan dengan strategi terbaik, ini adalah tempat sulit untuk dikendalikan, ujar Kaldas.

Analis Aljazeera di Timur Tengah, Yehia Ghanem mengatakan kekerasan intensif terjadi di Sinai selama empat tahun terakhir. Hal itu membuat Pemerintah Mesir meningkatkan represi di seluruh negeri.

Rezim Mesir telah memulai kekerasan di Sinai - di seluruh negeri tapi secara khusus di Sinai. Ini adalah sebuah peraturan: kekerasan menimbulkan kekerasan, kata Ghanem.

Bagaimana reaksi dunia terhadap serangan Sinai?

Pemimpin dan organisasi di seluruh dunia telah mengajak untuk melawan serangan hari Jumat. Sekertaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam keras serangan tersebut. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh PBB menyebut, aksi itu sebagai serangan teroris yang keji dan pengecut.

"Semua tindakan terorisme bersifat kriminal dan tidak dapat dibenarkan, terlepas dari motivasi mereka," ujar dia.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengutuk, serangan itu sebagai tindakan pembantaian mengerikan dan pengecut. "Dunia tidak bisa mentoleransi terorisme, kita harus mengalahkan mereka secara militer dan mendiskreditkan ideologi ekstremis yang menjadi dasar keberadaan mereka", tulisnya di akun Twitter.

Ia berencana, memanggi Presiden Sisi membahas serangan tersebut. Ia mengatakan, dunia harus lebih pintar dan tangguh dari sebelumnya.

Paus Fransiskus mengeluarkan pernyataan belasungkawa kepada Mesir. Kekudusan-Nya menyertai semua orang yang memiliki niat baik dalam memohon agar hati yang dikeraskan oleh kebencian akan belajar untuk meninggalkan jalan kekerasan yang menyebabkan penderitaan yang begitu besar, dan merangkul jalan damai.

Presiden Uni Eropa Donald Tusk mengku, terkejut dengan serangan terhadap sebuah masjid di Sinai Utara. "Pikiran saya ada di Mesir dan semua yang terpengaruh oleh tindakan jahat dan pengecut ini," tulisnya di akun Twitter @eucopresident.

Sekretaris jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyebut, serangan itu tindakan barbar. Perdana Menteri Inggris Theresa May menggambarkannya sebagai tindakan jahat dan pengecut.

Dalam sebuah pidato di Istanbul, perdana menteri Turki, Binali Yildirim mengatakan, 235 orang yang tidak bersalah terbunuh, ada ratusan lainnya yang terluka. Apakah ini Islam? Apakah ini kemanusiaan?

Banyak negara lain mengutuk serangan tersebut, seperti Qatar, Italia, dan Kuwait.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement