Sabtu 18 Nov 2017 05:59 WIB

Pewaris Nabi Ini Menolak Dunia dan Mencintai Kematian

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Buku panduan cara cepat membaca kitab dan menguasai bahasa arab, Al Hadist diperlihatkan saat kursus bahasa arab angkatan II di Jakarta, Senin (2/2). (Republika/ Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Buku panduan cara cepat membaca kitab dan menguasai bahasa arab, Al Hadist diperlihatkan saat kursus bahasa arab angkatan II di Jakarta, Senin (2/2). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, Abu Darda adalah seorangg sahabat ahli fiqih dan dijuluki Hakimul Ummah. Ia menceritakan kehidupannya semasa kenabian Rasulullah SAW. Dulu ia adalah pedagang yang mahysur. Setelah memluk Islam, ia ingin menyatukan antara berdagang dan ibadah. Ternyata kedua hal itu tidak dapat disatukan.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa akhirnya perdagangan ia tinggalkan dan hatinya tidak memperdulikannya. “Walaupun seandainya aku memiliki toko di dekat pintu masjid dan tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah serta setiap hari mendapat keuntungan empat puluh dinar, lalu semua keuntungan itu kusedekahkan, hatiku tetap tidak dapat menerimanya,” ujar Abu Darda.

Orang-orang bertanya, “Mengapa engkau tidak suka dengan perniagaan semacam itu? Padahal, engkau tidak tertinggal shalat, engkau pun memperoleh keuntungan yang disedekahkan di jalan Allah, mengapa engkau tidak suka?”

Jawab Abu Darda ra, “Semua itu akan dihisab oleh Allah. Aku sangat mencintai mati karena rindu bertemu Tuanku. Aku juga mencintai kemiskinan agar dapat memiliki tawadhu, dan menyukai sakit karena dengannya akan terhapus dosa-dosa.”

 

Begitu terkenalnya ia sebagai seseorang yang memiliki ilmu. Sehingga seorang laki-laki dari Madinah bertemu dengannnya hanya untuk meminta satu hadits yang didengar langsung dari Rasulullah SAW.

Seorang sahabat bernama Katsir bin Qais ra mengakatan, bahwa suatu ketika dirinya sedang duduk di majelis Abu Darda ra di masjid Damsyik. Kemudian datanglah seorang lelaki menghampiri Abu Darda, lalu berkata, “Aku datang dari Madinah semata-mata untuk mendengar sebuah hadis darimu. Aku dengar engkau telah mendengar hadis tersebut langsung dari Rasulullah SAW.”

Abu Darda bertanya kepada lelaki tersebut, “Apakah ada urusan lain sehingga engkau datang kemari?” Jawab lelaki itu, “Tidak ada. Aku datang kemari hanya untuk mengetahui hadis itu.” Abu Darda berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa pergi menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga. Para malaikat membentangkan sayapnya kerena ridha kepada penuntut ilmu, dan semua makhluk hidup di bumi akan memohonkan ampunan bagi penuntut ilmu, hingga ikan-ikan di lautan pun memohonkan ampun baginya."

Keutamaan orang alim daripada ahli ibadah adalah seperti perbedaan bulan dan bintang-bintang di langit. Ulama adalah pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa megambilnya, maka ia telah memperoleh kekayaan yang tak ternilai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement