Senin 23 Oct 2017 14:35 WIB

Kemenag dan Australian Bahas Makanan Halal pada IIRE 2017

Pengunjung melihat aneka makanan halal dalam acara International Islamic Fair (IIF) 2016 di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengunjung melihat aneka makanan halal dalam acara International Islamic Fair (IIF) 2016 di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kementerian Agama bersama Australian Technology Network (ATN) dan Kemenristekdikti menggelar "Seminar and Workshop 2nd Inspiring International Research Excellence (IIRE) 2017. Seminar riset ini digelar pada Senin-Selasa (23-24/10) bertempat di hotel Aryadhuta Karawaci.

Kasubdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian kepada Masyarakat Mohammad Zain mengatakan IIRE 2017 akan membahas sejumlah topik, salah satunya adalah makanan halal (halal food). Menurutnya, sertifikasi halal menjadi perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, halal kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan juga sudah memasuki dunia bisnis.

“Halal di Indonesia menemukan momentum baru setelah diresmikannya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal sebagai Eselon I di Kementarian Agama. Apa dan bagaimana BPJPH ke depan, kami akan menghadirkan Kepala BPJPH sebagai salah satu pembicara pada seminar ini,” ujar Zain, di Jakarta, Senin (23/10).

Selain makanan halal, topik yang dibahas antara lain: urban planning, population genetics, dan architecture. Semua topik itu didampingi narasumber hebat dan para peneliti dari ATN yang berkompeten di bidangnya, antara lain: Dirjen Pendidikan Islam Prof Kamaruddin Amin PhD, Kepala BPJPH Prof Ir Sukoso MSc PhD, Prof Segadevan G Mundree PhD, MBA, Prof Helen Klaebe, dan Prof Ocky K Radjasa MSc PhD.

“Seminar dibuka Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dan Acting Dubes Australia Dr Bradley Armstrong, pagi ini, pukul 09.00 WIB,” ujar Zain.

Menurut Zain, forum ini akan diikuti sekitar 300 dosen/peneliti yang terpilih dari sekitar 1.000 pendaftar. Mereka adalah para dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dan Perguruan Tinggi Umum (PTU), serta para peneliti.

“Momen ini adalah kesempatan emas untuk membangun jejaring dengan peneliti Australia. Para peserta akan mempresentasikan dan mengkonsultasi topik penelitiannya kepada para peneliti ATN,” tuturnya.

Selain seminar dan workshop, akan dilakukan juaga kompetisi 3 menit presentasi hasil penelitian di hadapan para juri dan peneliti Australia. Pemenang kompetisi ini akan diprioritaskan meneruskan pendidikan PhD atau riset kolaboratif dengan pihak ATN.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement