Senin 09 Oct 2017 17:48 WIB

Tiga Tantangan Besar NU Menurut Kiai Ma'ruf Amin

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Rais Am PBNU KH Ma'ruf Amin didampingi Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PBNU Rumadi Ahmad memberikan tausyiah kebangsaan dalam acara pembukaan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (9/10).
Foto: Republika/Prayogi
Rais Am PBNU KH Ma'ruf Amin didampingi Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PBNU Rumadi Ahmad memberikan tausyiah kebangsaan dalam acara pembukaan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi dan diselesaikan NU untuk ke depannya. Ketiga tantangan besar itu adalah gerakan radikalisme dan intoleran yang semakin masif di Indonesia, kesenjangan ekonomi yang terjadi di tengah-tengah umat, serta masalah korupsi.

Demikian diungkap Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof KH Ma'ruf Amin saat memberikan Tausyiah Kebangsaan dalam acara pembukaan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK), Senin (9/10). "Radikalisme dan Intoleran itu akan menjadi tantangan kita ke depan. Kedua, adalah kesenjangan sosial. Itu juga masalah besar," ujar Kiai Ma'ruf dalam acara yang diadakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU tersebut.

Ketua Umum MUI ini menuturkan, gerakan radikalisme itu muncul dari cara berpikir yang tekstual, yaitu cara berpikir yang hanya statis dalam teks-teks saja. Menurut dia, gerakan ini tidak memiliki cara berpikir yang kontektual.

"Karena itu saya ulangi, statis pada teks-teks selamanya itu adalah kesesatan dalam agama dan kebodohan, dan ketidakpahaman terhadap apa yang dimaksud oleh ulama-ulama terdahulu," ucapnya.

"Cara berpikir sangat mempengaruhi sikap seseorang. Di sinilah tugas NU menjaga cara berpikir umat," imbuhnya.

Sementara terkait kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia, dia mengatakan, kesenjangan sosial itu terjadi lantaran kebijakan masa lalu yang tidak tepat. "Jadi, yang di atas makin kuat yang di bawah makin hancur. Jadi, kesenjangan sosial ini terjadi antara orang yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan yang miskin," katanya.

Kiai Ma'ruf mengatakan, sumber masalah kesenjangan sosial itu muncul karena adanya ekonomi yang tidak berkeadilan. "Sumbernya adalah ekonomi yang tidak berkeadilan. Makanya, saya angkat isu arus baru ekonomi Indonesia, yaitu pemberdayaan ekonomi umat," ucapnya.

Melihat banyaknya kasus korupsi yang terjadi saat ini, Kiai Ma'ruf menambahkan, bahwa koruspi juga menjadi tantangan besar bagi NU untuk memberantas korupsi. Ia pun menegaskan, bahwa dirinya sangat mendukung gerakan anti-korupsi. "Saya menambah menjadi tiga bahaya yang kita hadapi, yaitu radikalisme, kesenjangan sosial, dan korupsi. Itu tugas kita semua," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement