Sabtu 07 Oct 2017 01:00 WIB

Potret Muhammadiyah dalam Oretan Mitsuo Nakamura

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Profesor Emeritus Mitsuo Nakamura
Foto: fukuoka-prize.org
Profesor Emeritus Mitsuo Nakamura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat menyelenggarakan bedah buku 'Bulan Sabit Terbit di Atas Pohon Beringin: Studi Tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kotagede Sekitar 1910-2010' karya Mitsuo Nakamura di Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jumat (6/10).

"Buku ini merupakan karya monumental tentang Muhammadiyah karya Profesor Mitsuo Nakamura yang merupakan penyempurnaan dan penambahan naskah dari judul hampir sama yang pernah terbit tahun 1983," kata Wakil Sekretaris MPI PP Muhammadiyah, Roni Tabroni kepada Republika.co.id, Jumat (6/10).

Roni menerangkan, tambahan naskah buku tersebut di antaranya tentang perkembangan aktivisme Muhammadiyah dan kegiatan warga Kotagede, Yogyakarta pada tahun 1972-2010. Kondisi ini semakin melengkapi naskah sebelumnya yang menambah nilai pentingnya buku ini.

Menurutnya, Nakamura seorang antropolog yang sangat konsisten mengkaji, mengamati dan merasakan betul perkembangan Muhammadiyah. Sehingga, Nakamura menjadi satu-satunya pengamat luar negeri paling serius yang meneliti pergerakan Muhammadiyah.

"Di antara sekian banyak pengamat dalam dan luar negeri, hanya Nakamura yang hampir keseluruhan hidupnya digunakan untuk mengkaji Muhammadiyah," ujarnya.

Dia menjelaskan, apa yang ditulis Nakamura tentang Muhammadiyah, merupakan hasil pengamatan pribadi secara langsung. Juga hasil wawancara, kajian tekstual, hingga survei rumah tangga langsung di Kotagede. Nyaris tidak ada tokoh dan aktor penting di Muhammadiyah yang tidak diwawancarainya.

Nakamura meluangkan waktu puluhan tahun untuk terus mendalami Muhammadiyah. Nyaris tidak ada ajang Muktamar Muhammadiyah yang luput dari kehadiran dirinya. Nakamuran seringkali menghadirkan keluarganya dalam proses penelitian langsung di lapangan. Termasuk menghadiri Muktamar Muhammadiyah yang terakhir di Makasar.

"Lewat buku ini, Nakamura berhasil membaca dan menganalisis kehidupan warga Muhammadiyah dan perkembangan Muhammadiyah di Kotagede pada khususnya dan warga Muhammadiyah pada umumnya," ujarnya.

Roni yang juga Pendiri Kampung Belajar menambahkan, buku ini menginformasikan tentang awal kelahiran Muhammadiyah. Juga memotret dinamika dan kondisi sosial masyarakatnya secara lengkap dan detail. Dari sini pembaca dapat memahami kehadiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang begitu konsisten dengan misi pencerahannya. Pembaca juga akan mendapat jawaban mengapa Muhammadiyah mendirikan begitu banyak amal usaha.

"Mengambil Kotagede sebagai tempat riset sejak awal tentu bukan tanpa asalan, sebab Kotagede merupakan jantung gerakan modernisme Islam, Muhammadiyah," ungkapnya.

Di sinilah letak perbedaan hasil penelitian Nakamura dengan peneliti lainnya yang mengambil lokasi lain seperti Jawa Timur misalnya. Dari sini Nakamura mengamati sebuah gerakan pencerahan yang dilakukan Muhammadiyah dalam rangka melawan tradisi keagamaan yang banyak menyimpang dengan jalan kembali kepada ajaran Alquran dan Hadits.

"Nakamura ingin mengingatkan kembali warna keagamaan yang murni dengan gerakan amal sosialnya ke dalam ruang memori publik untuk menjadi spirit keberagamaan dengan segala dinamikanya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement