Kamis 21 Sep 2017 17:00 WIB

Kesenjangan Ekonomi Jadi Persoalan Umat Islam

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Yunahar Ilyas
Foto: Antara/Noveradika
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Yunahar Ilyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Yunahar Ilyas  berpandangan, umat Islam bisa menilai perkembangan Islam di dunia dan Indonesia pada momen tahun baru Islam ini. Melihat perkembangannya secara kultural, umat Islam di dunia maupun Indonesia lumayan ada peningkatan menjadi lebih baik. Tapi secara politik dan ekonomi mungkin umat Islam sedang mengalami masa-masa sulit.

"Terutama di Timur Tengah, konflik di Mesir yang kelihatannya selesai tapi sebenarnya belum. Apalagi di Suriah, Irak, Yaman, Saudi, Qatar," ujarnya, Kamis (21/9).

Menurut Prof Yunahar, persoalan umat Islam di Indonesia yang utama adalah kesenjangan ekonomi. Sudah diakui oleh pemerintah dan dikatakan presiden berkali-kali, kesenjangan ekonomi sangat rawan. Juga seperti kata wakil presiden, walau pun kesenjangan ekonomi terjadi di mana-mana, termasuk di negara-negara lain.

Tapi kesenjangan antara yang kaya dan miskin di negara lain, etnis dan agamanya sama. Sementara, di Indonesia kesenjangan antara yang kaya dan miskin etnis dan agamanya beda. "Ini lebih rawan, makanya kita minta kepada pemerintah, buatlah aturan-aturan dan kebijakan yang afirmatif, yang menghilangkan kesenjangan. Jadi tidak boleh membuat standar yang sama untuk pengusaha besar dan pengusaha kecil," terangnya.

Kepada umat Islam, di awal tahun baru Islam ini MUI berpesan harus punya semangat yang lebih tinggi lagi untuk memperbaiki keadaan ekonomi umat. MUI juga mengimbau agar umat Islam memperbaiki akhlak, supaya tidak mengundang kemarahan Allah. Maka, perbuatan baik harus ditingkatkan kualitasnya, sementara perbuatan yang tidak baik harus ditinggalkan.

 

      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement