Senin 17 Jul 2017 14:08 WIB

Sekolah Islam tak Selamanya Mahal

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (ilustrasi).
Foto: Antara/ Wahyu Putro A
Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tidak selamanya sekolah Islam terpadu lekat dengan biaya mahal. Beberapa sekolah terpadu, bahkan menggratiskan biaya untuk siswa dhuafa.

Sekolah-sekolah yang dikelola lembaga zakat menjadi contoh betapa kurikulum sekolah terpadu juga bisa dinikmati oleh para mustahik. Sekolah Dasar Juara (SDJ) Jakarta Uta ra merupakan salah satu sekolah terpadu untuk mustahik.

Kepala Sekolah SDJ Jakarta Utara Rahmat Ilahi menjelaskan, sekolah juara berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum yang digunakan pun juga dari Kemendikbud yang dipadukan dengan kurikulum sekolah sendiri.

 

"Kita punya kurikulum khas sekolah juara, seperti hafiz, pengembangan bakat anak, seperti bakat seni," ujar Rahmat saat berbincang dengan Republika.co.id, belum lama ini.

Semua siswa sekolah yang berada di bawah yayasan Rumah Zakat tidak dikena kan biaya apa pun. Di samping itu, mereka juga diberikan fasilitas pendidikan seperti seragam, tas, dan berbagai perlengkapan lainnya.

"Ini bagian dari komitmen Rumah Zakat membentuk sekolah gratis dan berkualitas," kata Rahmat.

Menurut dia, sumber pembiayaan un tuk semua operasional sekolah didapatkan dari berbagai donatur. Pengurus Rumah Zakat menghimpun dana dengan konsep sedekah produktif dalam bentuk pendidik an. Terutama orang yang diawal menjadi mustahik.

Rahmat mengungkapkan keberanian yayasan mendirikan sekolah gratis. Ia mengatakan, sejak awal, para pendiri mempunyai cita-cita mendirikan sekolah guna mengayomi anak-anak yang tidak terfasilitasi.

"Gratis diidentikkan dengan ecek-ecek. Ada yang bagus, tapi biayanya mahal. Sekolah juara itu penggagasnya, membuat untuk orang yang tidak mampu, khususnya dhuafa," kata Rahmat.

Sekolah juga menjamin, siswa akan men dapatkan tenaga pengajar yang mum puni dan profesional. Para pengajar merupakan orang mempunyai semangat juang yang besar. Sebab itu, sejak awal, sekolah mencari orang yang memiki semangat perjuangan kuat mencerdaskan anak-anak dhuafa.

Meski gratis, lanjut Rahmat, sekolah tidak sembarangan menerima calon sis wa. Beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh mereka, seperti tes akademik dan ke mampuan ekonomi keluarga. Menurut dia, orang yang paling miskin memiliki kesempatan lebih besar untuk diterima.

"Sekolah ini hadir sebagai mitra pemerintah yang tidak tertampung," ujar Rahmat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement