Selasa 16 May 2017 09:15 WIB
Sumbangsih Ilmuwan Muslim

Salimuzzaman Siddiqui Ahli Kimia untuk Kemanusiaan

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
kimia(ilustrasi)
Foto: www.prosafe.co.id
kimia(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh kelahiran Subeha, Distrik Bara Banki dekat Lucknow, India, pada 19 Oktober 1897 ini merupakan ahli kimia, filsuf, seniman, kritikus sastra, dan visioner sains. Dia telah melahirkan karya lebih dari 300 makalah penelitian dan memperoleh 40 paten, terutama dalam bidang kimia produk alami.  Dia dikenal juga sebagai pelopor penelitian tanaman Rauwolfia Serpentina, tanaman berbunga dari Asia yang memiliki gen obat.

Penelitian sosok yang dikenal sebagai ilmuwan polymath sosial dan natural ini dilakukan di Insititut Penelitian Unani Tibbi dan Ayurvedic di Sekolah Tibbia, India. Dia diangkat sebagai direktur pertama di bawah pengawasan Khan.

Setelah Khan meninggal, Siddiqui meninggalkan jabatan tersebut dan pada 1940 dia bergabung dengan Dewan Riset Ilmiah dan Industri India hingga 1951. Setelah itu, dia pindah ke Pakistan atas permintaan perdana menteri Liaquat Ali Khan.

Terobosan pertama Siddiqui dalam penelitian adalah ketika dia berhasil mengisolasi gen antiaritmia 1931 dari akar Rauwolfia Serpentina. Senyawa kimia temuannya ini dinamakan Ajmaline yang diambil dari nama tengah Khan.

Setelah terobosan pertamanya ini, pria dengan nama panggilan Harris semasa kecilnya itu melanjutkan penelitiannya dan menemukan sembilan alkaloid baru dari tumbuhan Rauwolfia Serpentina. Alkaloid adalah bahan kimia yang berguna dan terbentuk alami pada tumbuhan atau pepohonan.

Senyawa ini biasa ditemukan pada morfin, kafein, dan kina. Sembilan alkaloid ini dinamainya dengan ajmaline, ajmalanine, ajmalacine, isoajmaline, neoajmaline, serpentine, dan serpentinine.

Temuan Siddiqui hingga saat ini masih digunakan untuk pengobatan gangguan jiwa dan penyakit kardiovaskular, terutama sebagai gen antiaritmia dalam sindrom Brugada. Dia mendapatkan penghasilan puluhan juta rupee karena senyawa ini telah digunakan perusahaan farmasi untuk membuat obat-obatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement