Ahad 09 Apr 2017 20:19 WIB

Agama tidak Boleh Dijadikan 'Kambing hitam' dalam Berpolitik

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Agus Yulianto
Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan
Foto: ROL/Casilda Amilah
Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Amirsyah Tambunan mengatakan, dalam kaitan agama dan politik, yang menjadi permasalahan bukan agama, tapi politik. Agama tidak boleh dijadikan kambing hitam dalam berpolitik.

"Orang yang beragama harus menjadi problem solver (pemecah masalah) dalam berpolitik, bukan problem maker (pembuat masalah). Jangan jadikan agama sebagai kambing hitam," kata Amirsyah Republika.co.id, Ahad (9/4).

Amirsyah menanggapi, perkataan Buya Syafii sebelumnya (8/4) tentang maraknya fenomena agama yang dijadikan alat politik dan kekuasaan. Amirsyah berpendapat, agama seharusnya diposisikan sebagai landasan, serta acuan seseorang dalam berpolitik.

Menurut Amirsyah, jika politik itu menghalalkan berbagai cara, maka elit politik akan terjebak dalam konflik kepentingan. "Memang politik itu ya kepentingan, tapi sejatinya orang yang beragama harus mampu mengendalikan kepentingannya dalam memberikan solusi atas problem politik yang dihadapi," katanya.

Amirsyah menegaskan, yang membuat kebencian itu bukan faktor agama, tetapi praktik politik yang menghalalkan berbagai cara. Orang yang beragama, ucap dia, harus memberikan panduan dan landasan etik, moral dalam berpolitik, sehingga lahir praktik politik yang santun, dan teduh.

"Sekali lagi, orang yang memahami dan mengamalkan agama yang benar akan membawa manusia kepada hubungan secara horizontal, melahirkan kesalehan sosial. Dan hubungan vertikal membawa manusia kepada kesalehan kepada Khaliq, Allah SWT," tegas Amirsyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement