Rabu 29 Mar 2017 21:00 WIB

Realitas Sosial Dukung Indonesia Jadi Kiblat Kajian Islam

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Ketua Komite Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia (UIIM) Tan Sri Rais Yatim (kanan) di Kampus Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia,
Foto: Antara/Yadi Jentak
Ketua Komite Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia (UIIM) Tan Sri Rais Yatim (kanan) di Kampus Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Prof. Komaruddin Hidayat, menilai sebagai realitas sosial Indonesia memiliki faktor pendukung untuk jadi pusat kajian Islam di dunia. Pasalnya, Islam di Indonesia memiliki keunikan dari aspek sejarah.

"Uniknya, justru Islam di Indonesia sebagai realitas historis," kata Ketua Komite Pembangunan Universitas Islam Internasonal Indonesia (UIII) tersebut kepada Republika.co.id, Rabu (29/3).

Indonesia dengan 17 ribu pulau yang jauh dari pusat Islam, Makkah dan Madinah, terhalangi pula Benua Hindia yang identik dengan Hindu. Tapi, Indonesia bisa jadi satu bangsa dengan mayoritas penduduknya Muslim.

Komaruddin melihat fakta itu sebagai satu keuinikan sejarah yang tidak bisa ditemukan di dunia, mengingat bangsa-bangsa biasanya berada di satu pulau yang sama. Hal itu ditambah dengan banyaknya entis dan bahasa di Indonesia.

"Tapi, Islam malah memiliki peranan menjadi kohesi bangsa," ujar Komaruddin.

Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu menambahkan, Islam di Indonesia juga kaya akan ekspresi lokal. Belum jika dibandingkan dengan Padang Pasir yang budayanya tidak sekaya Nusantara.

"Islam bisa mewarnai dan diwarnai budaya lokal, ini unik sekali," kata Komruddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement