Rabu 15 Mar 2017 06:39 WIB

Hari ini Masjid Alumni IPB Kembali Gelar Kajian Wajah Politik Muawiyah

Kajian bisnis di Masjid Alumni IPB Bogor dengan nara sumber Supardi Lee, Selasa (14/3/2017).
Foto: Dok Masjid Alumni IPB
Kajian bisnis di Masjid Alumni IPB Bogor dengan nara sumber Supardi Lee, Selasa (14/3/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Begitu negatifnya pandangan mayoritas umat Islam, hingga begitu jarang yang menggunakan Muawiyah sebagai nama anaknya. Tak hanya dalam buku-buku Syiah, di sebagian referensi Sunni, sosok Muawiyah sering dipandang buruk. Ia dicap pemberontak, culas, musang berbulu domba dan label negatif lainnya.

Padahal, teramat banyak hadits, ungkapan para shahabat Nabi, dan ulama yang memuji Muawiyah bin Abi Sufyan. Selain penulis wahyu, Muawiyah juga menyertai Nabi berperang melawan musuh-musuh Islam.

Khalifah Umar bin Khaththab sebagai orang yang sangat selektif memilih pejabat, hampir 10 tahun mempertahankan Muawiyah sebagai penguasa wilayah Syam. Andai Muawiyah bermasalah, tentu khalifah Islam kedua setelah Abu Bakar Shidiq itu  tak segan memecatnya sebagaimana ia telah memberhentikan Sa'ad bin Abi Waqqash, Khalid bin Walid dan beberapa tokoh utama lainnya.

Ketika ditanya manakah yang lebih utama,  Muawiyah atau Umar bin Abdul Aziz, dengan tegas Abdullah bin Mubarak menjawab, bahwa debu yang menempel di hidung Muawiyah jauh lebih utama daripada Umar bin Abdul Aziz.

Lalu, bagaimana sebenarnya sosok Muawiyah ini? Masjid Alumni IPB Bogor mengajak kaum Muslimin untuk mengikuti Kajian Sirah ke-26 yang kali ini membahas tema “Wajah Politik Muawiyah bin Abi Sufyan” bagian kedua. “Kami mengajak kaum Muslimin mendiskusikan tentang wajah politik Muawiyah bersama  narasumber Ustadz Hepi Andi Bastoni di Masjid Alumni Botani Square Bogor, Rabu (15/3), ba'da Magrib,” ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Alumni IPB Iman Hilman kepada Republika.co.id, Selasa (14/3/2017).

Pada Selasa (14/3) pagi, Masjid Alumni IPB menggelar kajian bertema “Up Grade Your Business”. Kajian tersebut menampilkan narasumber motivator dan penulis buku Supardi Lee.

Supardi menegaskan bahwa indikator bisnis yang sukses tidak hanya diukur dari naik atau bertambahnya profit, karyawan, konsumen dan omset. “Tidak kalah pentingnya adalah peningkatan iman,” ujar Supardi.

Dalam kesempatan tersebut, Supardi mengupas lima level bisnis dan fokus apa yang harus dikerjakan. Kelima level bisnis tersebut adalah start up, survive, stable, spread up,dan  sustain.

Iman menyebutkan, tiada hari tanpa kegiatan kajian Islam di Masjid Alumni IPB. “Kami menggelar kajian Islam setiap malam dari hari Senin hingga hari Ahad. Waktunya  ba’da Maghrib sampai Isya,” kata Iman Hilman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement