Jumat 20 Jan 2017 10:54 WIB

Media di Inggris Diminta Lebih Akurat Beritakan Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Media Inggris berkumpul berburu berita kehamilan Kate Middleton  di luar King Edward VII Hospital di pusat kota London. (Ilustrasi)  (AP/Sang Tan)
Media Inggris berkumpul berburu berita kehamilan Kate Middleton di luar King Edward VII Hospital di pusat kota London. (Ilustrasi) (AP/Sang Tan)

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Organisasi Media Inggris diminta melakukan pengawasan rutin atas pemberitaan tentang Muslim. Hal ini, untuk menghindari ketidakakuratan dan salah interpretasi.

Asisten Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris, Miqdaad Versi, mengajukan, hampir 20 koreksi dan 20 keluhan ke regulator media Inggris, Ipso. Beberapa keluhan ditolak. Salah satu permintaan koreksi yang diajukan adalah tulisan di laman The Sun pekan lalu yang berjudul 'SUPERMARKET TERROR: Gunman ‘screaming Allahu Akbar’ opens fire in Spanish supermarket while ‘carrying bag filled with petrol and gunpowder’.

"Setelah kami sampaikan keluhan, barulah judulnya diganti menjadi 'SUPERMARKET HORROR: Gunman opens fire in Spanish supermarket while ‘carrying bag filled with petrol and gunpowder’," kata Versi seperti dikutip The Guardian, Kamis (19/1).

Koreksi naskah termasuk bantahan polisi setempat dan humas supermarket soal terduga meneriakkan Allahu Akbar. The Sun kemudian meminta maaf soal itu. The Mail dan The Express juga mengoreksi kepala berita yang sama.

Tulisan lain yang publikasikan Mail Online yang menyebut seorang Muslimah membunuh anak-anaknya karena motif agama. Tulisan itu berjudul,'Mother of four stabbed to death while her family were at a funeral ‘may have been murdered in Islamic honour killing’.

Versi mengeluhkan berita itu dengan mengatakan membuhun karena kehormatan berakar pada budaya, bukan agama. Pasca itu, Mail Online kemudian merevisi judul tulisan tersebut menjadi 'Mother of four stabbed to death while her family were at a funeral ‘may have been murdered in honour killing’. Mail Online juga menambahkan catatan kaki yang menyebut tulisan versi sebelumnya bahwa polisi tengah menginvestigasi motif pelaku melakukan aksi itu.

Kepada Ipso soal penggunaan istilah Islamic honour killing yang seolah berarti pembunuhan yang dilakulan termotivasi oleh Islam tanpa ada dasar yang kuat. "Kami senang bisa membuat ini jadi jelas bahwa Islam tidak mendukung aksi semacam membunuh demi kehormatan," kata Versi.

The Express juga akhirnya mengoreksi sebuah kepala berita yang menyatakan kelompok agama bisa melarang pemeluknya memiliki lembar uang £5 baru karena Bank Sentral Inggris (BOE) tidak menjamin kehalalannya. Judul tulisan tersebut adalah 'New £5 could be BANNED by religious groups as Bank CAN’T promise what note is made of.'

The Express kemudian mengoreksi dengan menambahkan catatan artikel tersebut mengutip perkataan pemimpin Hindu dan tidak merujuk pada Islam, Yahudi, arau Buddha. Penggunaan kata 'halal' di kepala berita tidak tepat dalam kaitannya dengan konteks berita.

"Jurnalisme berperan penting dalam demokrasi dan kerja luar biasa para jurnalis bisa terkotori oleh negativisme dan pelaporan yang tidak akurat tentang Muslim," ungkap Versi.

Editor media cetak harus memerhatikan dengan serius apakah banyaknya ketidak-akuratan pada satu isu berbanding lurus dengan standar dasar profesionalisme yang diklaim atau ini adalah upaya mengedepankan jumlah pembaca ketimbang akurasi. "Sebab dalam kehidupan nyata, berita tidak benar ini jadi alat para ekstrimis kanan untuk menyerang Muslim," kata Versi.

Ipso harus mempertimbangkan adanya sanksi lebih tegas bagi penulisan berita yang tidak akurat. Kesalahan-kesalahan semacam ini harusnya dikurangi mengingat standar tinggi profesi pelaku media.

Sebuah studi yang dilakukan Cambridge University tahun lalu menemukan bahwa fokus narasi negatif tentang Muslim di media turut berperan dalam menciptakan atmosfer kecurigaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement