Senin 16 Jan 2017 16:58 WIB

Dakwah Islam di Indonesia Dinilai Harus Miliki Strukturalisasi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Tantangan dakwah Islam kedepan semakin menantang.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Tantangan dakwah Islam kedepan semakin menantang.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dosen University Antar Bangsa Kuala Lumpur, Sohirin Sholihin, menilai, setidaknya ada satu kekurangan dari dakwah di Indonesia. Kekurangan itu adalah, sampai saat ini, dakwah di Indonesia belum memiliki strukturalisasi. "Kita memerlukan strukturalisasi dakwah," katanya, Senin (16/1).

Sohirin mengatakan, secara visi gerakan-gerakan Islam yang ada tidak begitu berbeda, yaitu memiliki prinsip agama dan negara yang tidak terpisahkan. Namun, dia mengatakan, kerja dakwah masih terbatas kepada masalah spiritualitas, tapi belum bisa diterjemahkan ke bidang-bidang lain.

Selain itu, bingkai pemikiran gerakan Islam memang berbeda-beda, dan sebagian besar masih mengembangkan konsepsional semata. Sedangkan, permutadan yang dilancarkan kepada umat Islam selama ini, terus-menerus berkembang dan tidak berhenti menyerang Muslim.

"Permutadan itu dilakukan terus-menerus kepada Muslim, karena mereka sangat membenci Islam," ujar Sohirin. Kebencian, dikarenakan mereka sadar ajaran Islam sangat masuk akal, sehingga keberadaan mereka merasa terancam. Bahkan, dia mengungkapkan, itu pula yang menjadi alasan dasar Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB), agar tidak ada teologi di dalam dialog-dialog.

Sayangnya, Sohirin mengingatkan, perdebatan teologi masih terus saja terjadi di tengah-tengah umat Islam, baik di Timur Tengah maupun Indonesia. Menurut dia, hal ini yang akan bisa menghabiskan waktu dakwah yang dijalankan, sehingga dakwah memang membutuhkan konsepsional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement