Kamis 15 Dec 2016 20:20 WIB

Kerja Sama Pesantren di ASEAN Berdampak Luar Biasa

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) berjabat tangan dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (keempat kiri) disaksikan Walikota Bogor Bima Arya (kedua kiri) saat pembukaan Halaqah Ulama ASEAN yang berlangsung 13-15 Desember 2016, di Hotel Salak,
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) berjabat tangan dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (keempat kiri) disaksikan Walikota Bogor Bima Arya (kedua kiri) saat pembukaan Halaqah Ulama ASEAN yang berlangsung 13-15 Desember 2016, di Hotel Salak,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kepala Pusat Litbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Kementerian Agama, Hamdar Arraiyya menilai, kerja sama antar pesantren di ASEAN akan luar biasa dampaknya.  Jika ada program lainnya yang hendak dikerjakan bersama, Hamdar menyarankan ada penekanan pada aspek ekonomi.

Apalagi saat ini ada kesadaran untuk memacu unit usaha pesantren. Dengan daya dukung pertanian sendiri, pesantren bisa mencukupi kebutuhannya. Karena itu pesantren yang berhasil mengembangkan kemandirian ekonomi pesantren bisa membagi profilnya.

"Kalau masyarakat mau memberi kepada pesantren, silakan. Kalau kalau pesantren meminta, tidak. Ayo, berbagi kunci pesantren bisa mandiri,'' kata Hamdar.

Program bersama untuk peningkatan kualitas pesantren di ASEAN sehingga pesantren tidak mulai dari nol tapi sudah ada yang bisa dicontoh. Selain pertukaran santri dan guru pesantren di ASEAN, studi banding dan saling kunjung ulama dan santri juga bagus. Karena Hamdar melihat pengalaman itu memicu seseorang untuk maju.

Juga amar ma'ruf nahi munkar.Hamdar meminta amar ma'ruf nahi munkar ini juga diperluas. Bahwa apa yang tidak baik dari pehamanan akal juga munkar.

Juga fiqih siyasah. Umat perlu diberi edukasi agar melek politik.

Hamdar juga menyarankan agar para pengasuh pesantren membaca tulisan para guru seperti Gus Sholah dan KH Hasyim Muzadi yang ada di media nasional, bahkan kalau bisa berlangganan media yang tiap pekan memuat tulisan para ulama.

Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) KH Abdul Gaffar Rozin yang memandu sesi akhir Halaqah Ulama ASEAN mengatakan, ada tambahan pertimbangan yang diusulkan dalam Bogor Commitmen antara lain poin khoiru ummah. Revisi redaksional juga dilakukan agar tidak ada salah paham.

Poin yang sudah disepakati di sana termasuk program penguatan ekonomi dan pertukaran santri dan guru. Namun untuk poin seperti poin HAM, karena hal tersebut sensitif di beberapa negara ASEAN maka dibuat halus. Apalagi, ulama yang hadir tidak mewakili lembaga tapi komunitas yang lebih luas, umat Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement