Rabu 14 Dec 2016 03:33 WIB

JK Sebut Islam Damai di Asia Tenggara Bisa Jadi Contoh Bagi Negara Lain

Rep: Santi Sopia/ Red: Nur Aini
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wakil Presiden Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa di Asia tenggara tidak ada konflik seperti yang banyak melanda negara Muslim lain di belahan benua lain. Walaupun ada, kata JK, tapi tidak seperti yang terlihat secara massal di media cetak maupun elektronik, seperti halnya konflik di Irak atau Iran. Karena itu, dia menilai Islam di Asia Tenggara bisa memberi contoh bagi negara lain.

"Sejarah penyebaran Islam di Asia Tenggara berbeda dengan penyebaran  di Timur Tengah atau di Afrika secara umum. Penyebaran Islam di Indonesia dalam sejarahnya tidak dilakukan melalui perang atau kekerasan. Tapi melalui transisi perdagangan sehingga terjadi suatu  perubahan tapi baik," kata JK saat membuka kegiatan Halaqah Ulama ASEAN 2016 di Istana Ballroom Hotel Salak The Heritage, Jalan Juanda Kota Bogor, Selasa (13/12).

JK menyontohkan, para wali songo mengajarkan Islam dengan lemah lembut, tidak mengubah secara drastis budaya yang ada. Selain itu terdapat banyak kesamaan antar-Islam di kawasan Asia Tenggara, seperti halnya mahzab yang tidak banyak pertentangan. JK menjelaskan, Wali Songo mengajarkan untuk tidak memerangi perbedaan tapi memanfaatkan perbedaan jauh lebih baik selama tidak menyangkut masalah aqidah karena itu dibutuhkan satu kesatuan pandangan dan langkah.

“Jika kita bersyukur dan memiliki kondisi yang lebih baik, kita harus mengimplementasikan rasa syukur itu dalam bentuk upaya untuk menjadikan Islam di Asia Tenggara sebagai contoh atau tauladan. Sehingga kita tidak hanya belajar tapi juga mengajar, bukan hanya terpaku dengan kondisi yang ada tapi juga berbuat," kata Wapres.

Menurut JK, agama adalah peradaban akhlak. Selain itu, agama harus jadi ilmu yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang didapat setiap anak, akan memberikan dampak pada kurun waktu 10 tahun lagi atau lebih sehingga ilmu yang diberikan harus relevan sampai waktu tersebut, disamping juga memajukan agar selalu  beriringan dengan perubahan zaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement