Jumat 03 Jun 2016 10:50 WIB

Mengingat Mati dengan Berziarah Kubur

Al ashar memorial garden
Al ashar memorial garden

REPUBLIKA.CO.ID, Pemakaman sering dipandang hanya sebatas tempat untuk menguburkan jenazah saja. Padahal, di dalam Islam, kematian harus senantiasa diingat sebagai masa yang sudah pasti datangnya, untuk itu sudah selayaknya disikapi dengan serius. Kematian bersifat Faza atau dahsyat.

Banyak yang belum mengetahui bahwa didalam Islam, membuat makam dan memakamkan jenazah yang merupakan fardhu kifayah memiliki tata cara dan aturan yang terkandung didalam syariat pemakaman. Syariat pemakaman dalam Islam ditujukan untuk menghormati jenazah sebagaimana semasa dia hidup. Meski sudah meninggal dunia, jenazah tetaplah manusia yang memiliki derajat mulia sebagai Khalifah sehingga jenazah wajib diperlakukan sebagaimana ketika masih hidup.

'Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (Albaqarah:30).

Diantara syariat pemakaman dalam Islam adalah makam muslim tidak boleh bercampur dengan makam non muslim, tidak boleh ditinggikan, tidak boleh dihias, tidak boleh dilangkahi, diduduki apalagi diinjak-injak.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah bersabda: “Aku terbebas dari orang Muslim yang berdampingan dengan orang musyrik.” Kemudian, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda lagi, “Supaya api darikeduanya tidak saling berdampingan.” 

Rasulullah juga mengimbau umatnya untuk ziarah kubur untuk mengingat akhirat. Hakikat pemakaman pada umumnya ada dua yakni menuburkan jenazah dengan hormat dan membantu orang yang masih hidup untuk mengingat kematian. Ada makna dakwah dan edukasi di balik sebuah prosesi pemakaman.

Ziarah kubur diharapkan bisa mmebuat peziarah menitikkan air mata agar hati menjadi lembut. Dengan berziarah kubur diharapkan membuat keluarga yang ditinggalkan bersikap qonaah atau merasa cukup, serta lebih bersyukur. Selain itu, tentu saja diharapkan bisa menambah rasa takut kepada Allah. Berziarah kubur diharapkan bisa mengenang jasa-jasa orang yang sudah dimakamkan. 

"Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: Barangsiapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap Jumat sekali, maka Allah akan mengampuninya dan mencatatnya sebagai anak yang berbakti" (HR al-Thabrani).

Namun, sayangnya, kondisi pemakaman di Jakarta yang kian terdesak oleh kepadatan penduduk membuat makam saling berhimpitan, sehingga peziarah terpaksa melangkahi makam bahkan menginjak makam karena sudah tidak leluasa bergerak. Kondisi pemakaman yang sempit membuat peziarah tidak nyaman berziarah. Padahal berziarah kubur sangat dianjurkan dalam Islam.

Untuk itu pemakaman di Al Azhar Memorial Garden dibuat dengan konsep taman yang syahdu, agar peziarah dapat takzim mengingat kematian. Disamping itu lingkungan yang bersih, asri dan tertata rapi merupakan representasi karakter Islam yang penuh kebersahajaan dan suci. “Konsep taman yang asri di Al Azhar Memorial Garden juga kami buat sebagai salah satu bentuk Syiar mengagungkan kebesaran Allah SWT,” ujar Direktur Utama Al Azhar Memorial Garden Nugroho Adiwiwoho.

Disamping itu Nugroho menekankan bahwa umat hendaknya juga tidak berlebihan dalam membangun makam, agar tidak terjebak pada perilaku tabzir, yakni menghamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat, serta israf, yaitu perilaku berlebihan. Dengan lokasi di Karawang Timur seluas 25 Hektar, Nugroho berharap Al Azhar Memorial Garden dapat melayani kaum muslim se Jabodetabek, Karawang hingga Bandung. Layanan kavling makam di Al Azhar Memorial Garden termasuk perawatan sepanjang masa, sehingga keluarga tidak dipusingkan lagi dengan iuran bulanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement