Kamis 12 May 2016 16:45 WIB

Gus Sholah Minta Masyarakat Dijelaskan Komunisme Sudah Usang

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Achmad Syalaby
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Sholah mengatakan, ada dua hal yang perlu dibedakan terkait isu komunis yakni komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Dia menilai, masyarakat perlu diberikan penjelasan terkait komunisme. Menurut dia, warga perlu mengetahui bahwa komunisme sudah usang. Memberikan penjelasan secara baik merupakan cara menangkal paham tersebut berkembang."Komunisme juga tidak berhasil dimana-mana," ujar Gus Sholah, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/5).

Masyarakat juga perlu diberikan penjelasan tentang kekejaman PKI dimasa lampau. Kendati demikian, Gus Sholah mengakui sulit untuk melarang komunisme berkembang di Indonesia. Dia menjelaskan,  masyarakat saat ini mudah mendapatkan informasi dari teknologi. Walaupun dalam Ketetapan (TAP) MPR dan KUHP melarang hal tersebut.

Gus Sholah melanjutkan, dia mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat terkait keberadaan PKI. Namun, Gus Sholah tidak dapat memastikan kebenaran tersebut."Saya gak bisa tahu sejauh mana informasi itu benar. Ini yang bisa melakukan investigasi intelijen," katanya.

Karena itu, Gus Sholah menegaskan, intelijen perlu melakukan investigasi tersebut. Jika informasi tentang keberadaan PKI terbukti maka harus ditindak. Sebaliknya, apabila hal tersebut tidak ada maka harus disampaikan kepada masyarakat sehingga tak terkesan abu-abu.

Pesantren, tuturnya, hanya mengambil peran bagaimana menjelaskan sejarah komunisme dan PKI. Meski komunis dan PKI dilarang, Gus Sholah mengingatkan kepada aparat agar berhati-hati dalam melakukan tindakan."Tapi ancaman tidak bisa diabaikan," ucap Gus Sholah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement