Kamis 03 Mar 2016 04:03 WIB

Monumen Laskar Tionghoa dan Kisah Geger Cina 1742

Rep: hasanul rizqa/ Red: Muhammad Subarkah
Monumen perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa melawan VOC atau lebih dikenal sebagai prasasti  GegerPecinan  di Taman Budaya Tionghoa,Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (3/1).
Foto:
Geger Pecinan

Seperti yang dimaklumatkan pada monumen tersebut, perang yang populer dengan nama Geger Pecinan itu berlangsung selama 1740-1743.

Di salah satu prasasti pada monumen tersebut, dikutip sebuah tulisan dari Daradjadi, sosok yang menggagas pendirian monumen itu.

“Atas perintah Gubernur Jenderal VOC Adrian Valckenier, pada bulan Oktober tahun 1740, dilakukan pembantaian semena-mena terhadap sekitar 10.000 orang Tionghoa di Batavia. Mereka dianiaya dengan dalih telah melanggar peraturan keimigrasian dan perpajakan. Sedang tujuan yang sesungguhnya untuk memeras dan merampas harta benda orang-orang Tionghoa.

Di tengah kerusuhan seorang yang bernama Souw Phan Ciang, alias Khe Panjang atau Sepanjang bertempat di Gandaria, wilayah pinggiran Batavia membentuk suatu laskar untuk melakukan perlawanan terhadap VOC. Mereka menyerang pos-pos pertahanan VOC di sekitar Batavia hingga Cirebon, yang akhirnya pada tahun 1741 memasuki wilayah kerajaan Mataram, yang beribu kota di Kartasura.

Kedatangan mereka disambut oleh laskar-laskar Tionghoa lokal di bawah pimpinan Tan Si Ko alias Singseh, Oey Ing Kiat/Raden Tumenggung Widyaningrat/Bupati Lasem, Tan Kee Wie, dan lain-lainnya. Raja Mataram waktu itu, Pakubuwono II membangun persekutuan dengan Laskar Tionghoa tersebut dan menyerang pertahanan VOC di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement