Ahad 06 Mar 2016 18:57 WIB

Kyai Didin: IBF Tingkatkan Kualitas Umat Islam

 Prof. Didin Hafidhudin, Dr. Muchlis Hanafi, DR Sunandar Ibnu Nur, dan Dr. Hasan Basri Tanjung saat bedah buku'Mendaki Jalan Kemuliaan' serta 'Menikmati Hidup dan Mengingat Maut' di Panggung Utama, Islamic Book Fair 2016, Jakarta, Selasa (3/1).
Foto: ROL/Agung Sasongko
Prof. Didin Hafidhudin, Dr. Muchlis Hanafi, DR Sunandar Ibnu Nur, dan Dr. Hasan Basri Tanjung saat bedah buku'Mendaki Jalan Kemuliaan' serta 'Menikmati Hidup dan Mengingat Maut' di Panggung Utama, Islamic Book Fair 2016, Jakarta, Selasa (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim, Prof Dr Kh Didin Hafidhuddin MSc merasa bersyukur penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) 2016, dapat berlangsung dengan lancar dan sukses.

''Saya bersyukur, penyelenggaraan Islamic Book Fair yang ke-15 kali ini, berlangsung sukseslancar, insya Allah bermanfaat bagi peningkatkan kualitas umat Islam,'' ungkap kyai Didin kepada Republika.co.id, Ahad (6/3).

Menurut Direktur Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor ini, umat Islam yang berkunjung semakin banyak terutama anak-anak dan pelajar serta para santri pondok pesantren.

''Mereka datang berduyun-duyun, melihat dan membeli buku-buku yang berisi pengetahuan dalam berbagai tingkat,'' ungkap Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menjelaskan.

Mantan ketua umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini berharap, ke depan panitia pelaksana Islamic Book Fair akan lebih baik lagi dalam menyelenggarakan even pameran buku Islam terbesar se-ASEAN ini. ''Mudah-mudahan IBF tahun depan, akan lebih semarak dan lebih sukses lagi,'' papar kyai Didin.

Saat tampil sebagai pembedah buku Mendaki Jalan Kemuliaan karya Dr Hasan Basri Tanjung MA dan buku Menikmati Hidup Mengingat Maut karya Dr Sunandar Ibnu Nur yang keduanya terbitan PT Al Mawardi Prisma Press di Islamic Book Fair belum lama ini, kyai Didin menilai usia para penulis buku lebih panjang.

''Contohnya, Imam Syafi'i yang lahir tahun 150 Hijriyah dan wafat tahun 204 Hijriyah, tapi hingga sekarang, buku-bukunya masih tetap dinikmati dan dibaca umat Islam,'' ungkap kyai Didin menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement