"Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan. Anda sebagai ulama hendak menebarkan perdamaian, sementara Anda sendiri tak berdamai dengan sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah menjadi perselisihan yang rigid akibat fanatisme mazhab atau pemikiran tertentu dan mengklaim mazhab lain tidak benar.
Namun sayangnya, di balik gencarnya mazhab tersebut, ada dukungan materiil dan spiritual, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih menghargai perbedaan, justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena pembida’ahan dan pengafiran yang sangat rentan dengan menghalalkan darah. Solusinya adalah kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi perbedaan.
Umar bin Abd al-Aziz pernah mengatakan bahwa ia sangat senang jika para sahabat tidak berselisih pendapat, tetapi fakta berkata lain. Dengan perbedaan itu, justru banyak opsi-opsi kemudahan dibandingkan dengan satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih satu mazhab, tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar, sementara orang lain salah."