Senin 21 Dec 2015 10:58 WIB
Catatan Akhir Tahun 2015

Intoleransi Agama Berbalut Anarkisme

Rep: andi nur aminah/ Red: Muhammad Subarkah
Pembangunan masjid di Manokwari.
Foto:
Aparat Kepolisian dan TNI berjaga di lokasi pasca kerusuhan di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Rabu (14/10)

Pada penghujung tahun 2015, sejumlah aksi kriminal berupa pencurian kotak amal terjadi di beberapa masjid yang ada di Pulau Dewata, Bali. Masjid Abdurrahman bin Auf di Jimbaran, Kabupaten Badung, salah satu yang 'rajin' disatroni maling.

Ketua Umum Yayasan Baitul Ummah yang membawahi Masjid Abdurrahman Bin Auf, H Muhammad Fauzi, menyebutkan aksi penucurian sudah dilakukan berulang sampai empat kali.

Pencurian diduga dilakukan oleh orang yang sama, yang sudah melakukan upaya pencurian tiga bulan sebelumnya. Fauzi menceritakan, aksi pencurian pertamakali dilakukan sekitar Agustus lalu. Maling datang ke masjid pada malam hari dan ingin menggondol kotak infak. Namun karena ketahuan oleh penjaga masjid, aksi itu pun gagal. Dua pekan setelah kejadian itu, pencuri berusaha lagi menggondol kotak infak pada siang hari, namun kembali gagal.

Lantas sekitar tiga pekan lalu, kejadian serupa terulang lagi pada malam hari. Kali itu, pencuri datang dengan beberapa orang temannya. Namun usahanya lagi-lagi gagal. Mungkin karena berkali-kali gagal, pada Sabtu (5/12) dini hari, maling datang dalam jumlah lebih besar. Lebih dari sepuluh orang datang menggondol kotak infak dan sempat terjadi saling lempar batu dengan marbot masjid.

"Kaca pintu pecah dan kotak infak ditemukan sekitar 500 meter di sebelah barat masjid dalam keadaan isinya sudah terkuras," kata Fauzi, Senin (7/12).

Isi kotak amal  yang digondol diperkirakan sebesar 300 ribu. Peristiwa saling lempar itu mengakibatkan kaca pintu masjid pecah akibat lemparan batu.

Fauzi meyakini, aksi tersebut murni kriminal dan tidak terkait Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA). Namun dia meminta polisi tetap mengusut pencurian kotak amal di Masjid Abdurrahman Bin Auf itu.

Menurut Fauzi, kasus itu murni masalah kriminal dan telah diserahkan kepada polisi untuk mengusutnya. Soal bagaimana temuan polisi, Fauzi mengatakan siapa pun tidak boleh berinterpretasi sendiri, apalagi sampai menimbulkan masalah baru.

"Kita jangan memperkeruh suasana, biarkan polisi dengan tenang bekerja menyidik kasus ini," kata Fauzi.

Fauzi menceritakan, hubungan jamaah dan takmir masjid dengan masyarakat non Muslim, khususnya ummat Hindu yang ada di sekitar masjid sangat harmonis. Bahkan warga Muslim jamaah masjid Abdurrahman Bin Auf mengutamakan membeli hewan kurban kepada para peternak setempat, sebelum mencarinya ke tempat lain. "Kami hidup saling menjaga dan saling menghormati di lingkungan sini," kata Fauzi.

Pencurian kotak amal masjid di Denpasar Bali juga terjadi di Masjid As Syuhada di Desa Kampung Bugis, Pulau Serangan, Denpasar Selatan. "Kerugiannya sekitar Rp 2 juta, yakni isi kotak amal," kata warga Desa Serangan, Taha Anwar, Senin (14/12).

Berdasarkan informasi yang dihimpun ada lima kotak amal di Masjid As Syuhada yang dibobol maling. Empat kotak amal kecil dibawa lari oleh pencuri, sedangkan satu kotak besar ditinggalkan di hutan di bagian timur Pulau Serangan. Kotaknya mereka buang, setelah isinya dikuras.

Meskipun Ketua Umum Yayasan Baitul Ummah menyatakan aksi pencurian tersebut kriminal murni, namun sejumlah kalangan menilai hal itu sebagai bentuk intoleransi terhadap warga Muslim. Beberapa kalangan ulama dan organisasi massa Islam menilai hal tersebut sebagai penistaan agama, SARA karena sudah sampai melakukan pengrusakan terhadap fasilitas rumah ibadah.

Nama senator asal Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna pun disebut-sebut sebagai orang yang menggerakkan aksi tersebut. Namun Wedakarna pun membantah keras tuduhan tersebut. Dia justru ikut menentang aksi pengrusakan masjid meski dengan motif pencurian kotak amal.

Wedakarna mengatakann jika ada yang menuduhnya telah memerintahkan kelompok atau organisasi itu sangat tendensius. Lagipula, kata dia, dia tidak mengelola kelompok atau organisasi tertentu.

"Anak buah saya adalah rakyat, jadi saya bertugas untuk memecahkan masalah, bukan membuat masalah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement