Senin 14 Sep 2015 17:43 WIB

Jakarta Pun Meminta Hujan (2-habis)

Rep: c27/ Red: Damanhuri Zuhri
Jamaah mengikuti Shalat Istisqa di Halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/9).    (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Jamaah mengikuti Shalat Istisqa di Halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/9). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Yakub mengajak sepuruh jamaah beristigfar bersama-sama untuk membuka khutbahnya. Melalui khutbahnya, Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengajak umat Muslim sejenak mengakui segala kesalahan yang telah diperbuat.

"Marilah sejenak kita menengok apa yang sedang terkena pada kita, nilai rupiah merosot jauh, bahkan di beberapa wilayah NKRI rupiah tidak digunakan seperti di perbatas, kekeringam di mana-mana, kebakaran hutan di mana-mana, banyak orang kesulitan mencari air, mengapa semua terjadi?" katanya.

Ia membacakan hadits Nabi Muhammad yang ditulis Ibnu Majah, ''Jika sebuah negeri telah marak terjadi perzinahan dan transaksi ribawi, maka negeri tersebut siap terkena adzab dari Allah. Dan menurutnya, Indonesia saat ini begitu dekat dengan itu semua.''

"Kemakmuran ini datangnya dari Allah, tidak muatahil ini hasil dari kita berbuat makisat, yang selalu melanggar larangan-larangan Allah SWT," kata Ali Mustafa Yakub mengingatkan.

Ia membimbing jamaah untuk meminta ampun atas segala kesulitan yang berasal dari kelalaian-kelalaian yang sudah diperbuat sehingga berdampak pada kondisi Indonesia. Ia pun tidak lupa memohon perlindungan dari segala keburukan dan kelalaian nikmat yang sudah diberikan kepada manusia.

Pengasuh Pesantren Darussunnah ini menjelaskan begitu banyak kenikmatan yang sudah didapatkan manusia tidak digunakan dengan baik melalui rasa syukur yang berujung pada ketaatan. Manusia justru malah asik dengan hal-hal maksiat sehingga menyumbangkan dosa semakin penuh.

"Negeri kami telah lama tertimpa keburukan, keburukan ekonomi, kelaparan, kekeringan, kami kesulitan mencari air minum, hutan-hutan sudah banyak terbakar, kami tidak bisa menanggung ini sedikit pun, maka kami menggadu padaMu, kami tidak menggadu pada siapaun kecuali Enggkau, karena Engkau Tuhan kami," ujarnya.

Di sela-sela doanya pun, ia meminta agar hujan lekas turun dengan deras. Hujan yang akan membuat ladang-ladang kering subur kembali, sumur-sumur kosong terisi kembali, dan kebutuhan air terpenuhi. 

Terakhir, doa pun ditutup dengan lantunan istigfar yang membuat hati bergetar, namun tampaknya awan masih putih dan langit masih begitu terang, dan matahari enggan bersembunyi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement