Jumat 28 Aug 2015 09:13 WIB

Jakarta Islamic Center Gelar FGD Studi Pembuatan Museum Islam Jakarta (2-habis)

Prof Oman Fathurrahman  (paling kiri), Ridwan Saidi (ketiga dari kiri), KH Ahmad Shodri (keempat dari kiri) dan Ahmad Ghazali (kedua dari kanan) pada focus group discussion (FGD) studi pembuatan museum Islam Jakarta yang diadakan Jakarta Islamic Center
Foto: Irwan Kelana/Republika
Prof Oman Fathurrahman (paling kiri), Ridwan Saidi (ketiga dari kiri), KH Ahmad Shodri (keempat dari kiri) dan Ahmad Ghazali (kedua dari kanan) pada focus group discussion (FGD) studi pembuatan museum Islam Jakarta yang diadakan Jakarta Islamic Center

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta Islamic Center (JIC) menggelar focus  group discussion (FGD) studi pembuatan Museum Islam Jakarta. Diskusi tersebut diadakan di ruang audio visual Jakarta Islamic Center (JIC) Koja, Tugu, Jakarta Utara, Selasa (25/8).

Budayawan Betawi Ridwan Saidi menegaskan, untuk mengembangkan Museum Islam Jakarta, maka salah satu hal yang terpenting untuk dilakukan adalah meneliti secara total history sejarah masuknya Islam di ke Indonesia sejak awal hingga fase-fase berikutnya. Ia menolak keras teori yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, India. Sebab Gujarat adalah daerah yang miskin dan kering kerontang. Mereka bukan bangsa pedagang yang merantau ke negara lain.

Sebaliknya, Islam masuk ke Jakarta melalui Indochina sebab ada kesamaan bahasa. “Kita harus total history, melalui jejak yang bisa terlecak. Sejarah adalah logika. Kalau tidak masuk logika, maka itu adalah dongeng,” tegas Ridwan Saidi.

Oman Fathurrahman, peneliti yang telah mentahqiq ribuan manuskrip berbahasa Arab Melayu, kalau Museum Islam Jakarta ingin dijadikan ikon, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, branding atau kekhasan museum tersebut dibandingkan museum lainnya.

Kedua, konsep yang ditawarkan oleh museum tersebut, misalnya untuk riset, pendidikan dan pameran. Ketiga, story line. “Story line Museum Islam Jakarta terlebih dahulu harus ditulus sebagai sebuah naskah akademik yang matang,” papar Oman Fathurrahman.

FGD itu melahirkan sejumlah usul. Antara lain, agar Museum Islam Jakarta itu nantinya bekerja sama dengan lembaga pendidikan umum maupun pesantren, untuk mendorong para siswa agar cinta dan gemar berkunjung ke museum. Usul lainnya, agar Museum Islam Jakarta itu dilengkapi dengan berbagai tayangan audio visual sehingga anak-anak dan remaja senang mempelajari Islam di museum tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement