Rabu 29 Jul 2015 16:03 WIB

Dua Pesantren Kulonprogo Kembangkan Lele Mutiara

Rep: heri purwata/ Red: Damanhuri Zuhri
Ikan lele
Foto: Peluang Usaha.com
Ikan lele

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Dua pondok pesantren, Darul Al-Fallah, Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh dan Ponpes Al-Miftah, Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapat pelatihan budidaya lele Mutiara yang menggunakan aplikasi vaksin dan probiotik.

Pelatihan dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Achmad Poernomo, pelatihan dilaksanakan sejak tanggal 10 April 2015 lalu.

Para santri dan pengasuh dilatih menggunakan bibit lele unggul Mutiara (mutu tinggi mudah dipelihara). Serta didukung dengan vaksin benih “HydroVac” anti penyakit aeromonasis dan probiotik kualitas air “Pato Aero”.

 

 

"Kegiatan ini telah dikembangkan di delapan lokasi yaitu Malang, Pacitan (Jawa Timur), Boyolali (Jawa Tengah), Sleman dan Kulonprogo (DIY), Pandeglang (Jawa Barat) dan Tangerang serta Palembang," kata Poernomo di Wates, Ahad (27/7).

Lebih lanjut Poernomo mengatakan Lele Mutiara merupakan ikan lele tumbuh cepat generasi ketiga (G3). Benih lele ini dibentuk melalui tiga  proses seleksi individu pada aspek pertumbuhan selama tahun 2011-2014 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi.

"Benih ini dibentuk dari gabungan persilangan strain lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo/lokal. Telah dinyatakan lulus pada Penilaian Pelepasan Jenis/Varietas Unggul Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 27 Oktober 2014 lalu," kata Poernomo.

Keunggulannya, kata Poernomo, laju pertumbuhan tinggi. Bisa mencapai 20-70 persen lebih tinggi daripada benih-benih lain. Lama pemeliharaan relatif singkat. Berkisar 45-50 hari pada kolam tanah dari benih tebar berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm.

Keunggulan lain, keseragaman ukuran relatif tinggi. Tahap produksi benih diperoleh 80-85 persen  benih siap jual dan pemanenan pertama pada pembesaran tanpa sortir diperoleh ikan lele ukuran konsumsi 65-80 persen.

Sedang rasio konversi pakan (FCR) relatif rendah. Berkisar 0,6-0,8 pada pendederan dan 0,8-1,0 pada pembesaran. "Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi: SR 60-70 persen  pada infeksi  bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa antibiotik)," katanya.

Asisten Perekonomian Pembangunan dan Sumber Daya Alam Kabupaten Kulonprogo, Triyono,  berharap pelatihan ini dapat membantu menggerakkan ekonomi masyarakat,  khususnya bagi perekonomian Pondok Pesantren di wilayah Kulonprogo.

“Masih ada sekitar 40 pondok pesantren yang juga menginginkan dan siap menerima kegiatan serupa di tahun-tahun yang akan datang,” kata Triyono.

Di Kulonprogo, ungkap Triyono lebih lanjut, budidaya perikanan air tawar yang dilakukan masyarakat mencapai 56,59 hektare dan luas tambak 53 hektare.

Produksi ikan pada tahun 2013 sebanyak 13.595,6 ton dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebanyak 14,3 ton. "Saya kita adanya benih Mutiara produksi akan semakin meningkat lagi," harap Triyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement