Kamis 23 Jul 2015 08:56 WIB
Lebaran 2015

Krisis Keuangan Warnai Lebaran di Pakistan Tahun Ini

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Muslim Pakistan
Foto: Reuters
Muslim Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Lonjakan harga telah melemparkan bayangan suram dalam komunitas Muslim Pakistan sepanjang Idul Fitri tahun ini. Orang tua mengeluh lantaran tidak bisa membelikan baju baru bagi anak-anak mereka.

"Saya tidak bisa membeli buah-buahan atau daging selama Ramadhan. Saya juga tidak bisa belanja untuk Idul Fitri akibat kenaikan harga-harga," kata Nasreen, dilansir dari OnIslam.net, Kamis (23/7).

Perempuan yang telah bekerja sebagai guru sekolah dasar selama 15 tahun terakhir ini mengatakan, anak-anaknya menghabiskan Idul Fitri dengan pakaian dan sepatu lama.

Menurut dia, pemerintah tidak mengeluarkan gaji sebelum Idul Fitri. Tapi, ia cukup senang lantaran tidak sampai meminjam uang dari orang lain. Ia yakin semua akan kembali normal selepas Lebaran.

Libur lebaran sejak Sabtu (18/7) sampai Senin (20/7) kemarin, dilalui dengan minimnya kondisi keuangan kebanyakan Muslim Pakistan. Hal itu diperparah dengan kenaikan harga-harga yang melonjak tajam sejak awal Ramadhan.

Kenaikan harga berkisar antara 15 sampai 50 persen terhadap sejumlah komoditas, meliputi ayam, daging sapi, daging kambing, sayuran, dan buah-buahan.

Komite lokal telah dibentuk untuk mengontrol harga di setiap kota, tapi sangat tidak efektif. Pemerintah distrik juga telah membagikan daftar kontrol harga, tapi tidak banyak membantu. Sebagian besar konsumen bahkan tidak menyadari adanya daftar tersebut.

Krisis keuangan diikuti rendahnya jumlah sedekah atau zakat di Pakistan tahun ini. Shahbana, seorang petugas kesehatan, mengatakan, dia melihat tidak ada tetangga yang membantu atau memberikan bantuan keuangan selama Ramadhan atau Idul Fitri.

Para ibu berharap libur lebaran tahun ini segera berakhir untuk menghibur anak-anak mereka yang tidak bisa membeli baju baru.

"Saya senang libur Idul Fitri hanya tiga hari karena saya bosan di rumah. Rasanya sulit melihat anak-anak saya tanpa pakaian dan sepatu baru, sementara tetangga saya memiliki segalanya untuk anak-anak mereka," aku Shahbana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement