Ahad 01 Jun 2014 14:51 WIB

Aksi Kemanusiaan BSMI Hingga Pedalaman Papua

 Dewan Pembina Umum Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Basuki Supartono (kanan) didampingi Ketua Umum BSMI, Djazuli Ambari (tengah) dan Sekjen BSMI, Muhammad Rudi (kiri) memberikan keterangan seputar pemberangkatan relawan ke Gaza di Kantor Dewan Pengurus
Dewan Pembina Umum Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Basuki Supartono (kanan) didampingi Ketua Umum BSMI, Djazuli Ambari (tengah) dan Sekjen BSMI, Muhammad Rudi (kiri) memberikan keterangan seputar pemberangkatan relawan ke Gaza di Kantor Dewan Pengurus

REPUBLIKA.CO.ID,WAMENA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Jayawijaya, Papua, menggelar bakti sosial di Perkampungan Muslim Walesi, di lereng Pegunungan Tengah, Ahad (1/6).

BSMI Jayawijaya bersama dengan BSMI Pusat melakukan pengobatan gratis, khitanan, pembagian pakaian Muslim hingga pembagian buku-buku keislaman. Di Perkampungan Walesi, tampak warga asli memadati madrasah tsanawiyah yang menjadi pusat kegiatan tersebut.

Mereka memanfaatkan momentum tersebut untuk mencari baju layak pakai dan jilbab yang dibawa dari kota. Tak hanya itu, posko pengobatan pun sesak dengan antrean warga asli yang ingin memeriksa kesehatan. 

Ketua BSMI Cabang Jayawijaya dr. Mukri Nasution mengungkapkan, acara tersebut merupakan rangkaian dari 'Gebyar Kemanusiaan' BSMI yang diselenggarakan sejak Sabtu (31/5). 

Sebelumnya, BSMI juga mendeklarasikan kantor cabang Jayawijaya dan menyelenggarakan seminar kegawatdaruratan dan bedah buku berjudul 'Membentang Surga di Rahim  Bunda'.

Mukri mengungkapkan, pengobatan gratis selalu dinanti warga Walesi. Menurutnya, warga sering mengeluhkan kondisi kesehatannya karena rentan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). "Mereka terkena ISPA karena masih tinggal di dalam honai,"ujarnya. 

Honai merupakan rumah asli warga papua beratapkan jerami dan berdinding kayu. Permasalahannya, ujar Mukri, mereka kerap menyalakan tungku api dan memasak di dalamnya. Padahal, honai tidak memiliki ventilasi.

Untuk khitanan gratis, dokter yang memutuskan untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Wamena tersebut mengungkapkan, peminatnya memang masih sedikit. BSMI mengkhitan hanya dua anak. Padahal, ada empat orang yang mendaftar untuk dikhitan, "Mungkin karena takut,"ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement