Kamis 27 Mar 2014 10:59 WIB

Islam Begitu Mengakar pada Masyarakat Gorontalo (1)

Umat Islam melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Baiturrahim, Gorontalo (ilustrasi).
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Umat Islam melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Baiturrahim, Gorontalo (ilustrasi).

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Sultan menjadi penentu kapan shalat berjamaah akan dimulai.

 

Meski sisa-sisa bangunan atau tempat bersejarah dari Kerajaan Gorontalo sangat sedikit ditemukan, jejak kejayaan kerajaan Islam ini masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat setempat.

Hingga kini, hampir seluruh masyarakat Gorontalo memeluk Islam. Data Kementerian Agama pada 2010, persentase umat Islam di daerah ini sebanyak 96,82 persen. Bagaimanakah proses Islamisasi di daerah ini sehingga Islam bisa dipercaya oleh hampir seluruh penduduknya?

Ada kemungkinan Islam masuk ke Gorontalo sekitar 1400 Masehi, jauh sebelum Wali Songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama Ju Panggola di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, Basri Amin, mengatakan, ada tiga pola jalur masuknya Islam ke wilayah Gorontalo. Meskipun, pola ini sifatnya tidak linear. Ketiga pola ini tidak datang secara berurutan, namun membaur dan saling melengkapi sehingga membuat Islam dipercaya oleh hampir seluruh masyarakat Gorontalo.

Pola pertama adalah jalur perkawinan. Perkawinan antara Sultan Amai dan putri dari Kerajaan Palasa yang telah Islam membuka mata Gorontalo bahwa ada yang bernama Islam dan pantas untuk dipraktikkan tuntunannya dalam kehidupan sehari-hari. “Ketika sang raja telah memeluk Islam, hal ini kemudian diikuti oleh banyak rakyatnya,” kata Basri.

Pola kedua adalah karena ekspansi Kesultanan Ternate. Meski tidak melakukan ekspansi secara teritorial, maksudnya berperang fisik dalam memperebutkan wilayah, pengaruh Kesultanan Ternate masuk ke Gorontalo. “Salah satu buktinya adalah bahasa yang digunakan dalam adat di Gorontalo, menggunakan bahasa Ternate,” jelasnya.

Penyebaran Islam di Gorontalo ini, menurutnya, terbilang unik. Islam justru bisa menjadi jembatan bagi jalur diplomasi antarkerajaan, dalam hal ini Kesultanan Ternate dan Gorontalo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement