Jumat 28 Feb 2014 10:32 WIB

Mari Berinternet Secara Sehat (1)

Rep: Mohammad Akbar / Red: Chairul Akhmad
Seorang warga sedang berselancar di dunia maya.
Foto: Antara/Sahlan Kurniawan
Seorang warga sedang berselancar di dunia maya.

REPUBLIKA.CO.ID, Peran keluarga dan lingkungan sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif internet.

Internet bagaikan pedang. Ia bisa digunakan sebagai alat pembunuh jika berada di tangan yang salah. Tapi, jika berada di tangan yang tepat, internet dapat pula memberi manfaat.

Tertangkapnya mahasiswa IPB sebagai pengelola situs prostitusi online memberi bukti bahwa internet bisa menjerumuskan seseorang ke lembah yang nista. Tapi, tak sedikit pula lewat berselancar di dunia maya, kita bisa memperkaya pengetahuan, bahkan bisa menjadikannya sebagai sumber pemasukan yang halal.

Aktivis mahasiswa Muslim dari Universitas Indonesia (UI) Gugus Aryo Swandito menilai, internet memang bagaikan pedang. Ini tergantung siapa yang memakai dan menggunakannya.

Ia mengatakan, sesungguhnya dunia maya memiliki potensi yang luar biasa. Internet hanyalah sebuah fasilitas yang ada di masa sekarang dan keberadaannya tak bisa lagi ditampik oleh generasi muda.

“Seharusnya, memang bisa menjadi sumber peningkatan kesejahteraan serta menjadi upaya untuk memajukan peradaban Islam,” kata mantan ketua umum Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) ini..

Namun, untuk di Indonesia, kata Gugus, pemanfaatan internet memang masih perlu ada penanganan lebih lanjut. Penanganan ini sebagai upaya untuk mencegah penggunaan internet secara tak sehat alias untuk berselancar membuka situs porno dan hal negatif lainnya.

Menurut Gugus, masih banyaknya penggunaan internet secara negatif karena kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. Jika lingkungan mampu memberikan warning dan sikap tegas terhadap pemakaian internet secara tak sehat, kata dia, dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari internet bisa saja direduksi.

“Memang orang tua sangat berperan besar. Jika mereka sudah memiliki ilmu dan keimanan yang kuat maka hal-hal negatif yang bisa muncul dari dunia internet insya Allah bisa diatasi dan tak akan memberikan pengaruh kepada para penggunanya,” kata mahasiswa jurusan akuntansi angkatan 2008 ini.

Bagaimana dengan pemerintah? Ia menilai, pemerintah masih belum terlalu all out untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari pemakaian internet. Ia memberi contoh, usaha pemblokiran situs porno masih belum sepenuhnya berhasil.

“Ada masanya dapat terbuka, tetapi memang kemudian bisa tertutup lagi. Ini menunjukkan kesannya pemerintah masih belum konsisten,” kata Gugus.

Lantas, untuk menciptakan internet sehat, menurut Gugus, pemerintah hendaknya mulai memikirkan untuk membuat regulasi yang lebih ketat terhadap pengelolaan operasional warung internet (warnet).

Warnet saat ini, kata dia, begitu menjamur. Regulasi yang dibutuhkan terhadap warnet itu terkait dengan larangan terhadap anak-anak sekolah ketika berada di sana selama jam sekolah. “Selain itu, warnet juga harus bisa diberikan sangsi tegas jika terbukti memberikan akses pada situs-situs yang mengandung hal negatif,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement