Jumat 25 Feb 2011 17:36 WIB

MUI: Fatwa Mubah Rokok Patut Dipertanyakan

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Krisman Purwoko
Rokok
Rokok

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak terdapat opsi mubah (diperbolehkan) dalam hukum merokok. Sebab, mudlarat yang diakibatkan rokok jauh lebih besar ketimbang manfaatnya. Demikian disampaikan oleh Ketua MUI Ma’ruf Amin. ”Fatwa MUI tentang rokok pun menafikan opsi mubah,” kata dia.

Karenanya, kepada Republika di Jakarta, Jumat (25/2), Ma’ruf mengatakan, hasil kajian Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM-NU), yang menyatakan terdapat opsi mubah untuk merokok patut dipertanyakan. Selain berbagai penelitian telah menegaskan bahayanya, fakta pun membuktikan rokok telah membunuh jutaan manusia. “Banyak penelitan telah mengakuinya bahkan telah dinyatakan oleh WHO (World Health Organization, red),”kata dia.

Ma’ruf mengemukakan, fatwa MUI tentang rokok yang pernah dikeluarkan pada tahun 2009 memang terjadi perbedaan (ikhtilah. Ada dua pandangan yang saling berseberangan yaitu kelompok ulama yang mengganggap tidak haram mutlak dan kelompok yang berpandangan hukumnya tidak makruh mutlak. Karenanya permasalahan hukum merokok pun dikategorikan sebagai masalah yang diperdebatkan (mukhtalaf fih).

Tetapi Ma’ruf menegaskan, ulama yang terlibat dalam perumusan fatwa tersebut sepakat bahwasanya hukum merokok haram mutlak bagi tiga kategori yaitu wanita atau ibu hamil sebab bisa membayakan bayinya, anak kecil dan remaja, serta merokok di tempat umum. Terkait ini maka tidak ada pilihan hukum lain dan masyarakat mesti menaatinya.

Namun, kaitannya dengan mukhtalaf fih maka masyarakat mempunyai hak memilih pendapat yang menurutnya kuat. “Meskipun kita mengimbau lebih ashlah meninggalkan rokok karena dampak dan risikonya lebih besar,”tandas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement