Senin 14 Oct 2013 14:01 WIB

Situs Peninggalan Islam Trinidad & Tobago Terancam Hilang

Ilustrasi Muslim Afrika saat pertama kali menjejakkan kaki di Benua Amerika.
Foto: wordpress.com
Ilustrasi Muslim Afrika saat pertama kali menjejakkan kaki di Benua Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID,PORT OF SPAIN--Madinka Research Foundation Trinidad and Tobago tengah memperjuangkan kelestarian Quare, satu situs peninggalan Muslim di abad ke-18. Saat ini, situs Quare sudah rusak berat.

Quare, yang dibatasi sungai Hondo, Valencia, memiliki luas 300 hektar, dan merupakan rumah bagi ratusan Muslim Madinka Afrika. Kini, luasnya tinggal 7 hektar, setelah perluasan daerah produksi tambah mineral sejumlah perusahaan.

Para peneliti dan aktivis Muslim percaya status Quare sudah berada pada level bahaya. "Kondisi tanah, genangan air, dan lainnya sudah rusak. Ini seharusnya hutan, namun tinggal tersisa sedikit," kata Direktur Madinka Research Foundation, Khalid Hassan, seperti dilansir The Guardian Trinidad and Tobago, Senin (15/10).

Awal tahun ini, komunitas Muslim telah menyurati pemerintah agar menghentikan segala aktivitas produksi di Quare. Namun, tidak ada tanggapan soal itu. "Kami meminta dengan sangat, agar pemerintah menghormati kami, dan apa yang telah menjadi warisan sejarah umat Islam," kata Hassan.

Pakar sejarah, Profesor Brinsley Samaro menilai jika Quare dibiarkan makan Trinidad and Tobago akan kehilangan situs yang unik. "Ini masalah sejarah Muslim Afrika-Amerika tiba di Selatan Karibia. Tidak ada tempat lain yang dituju mereka. Jadi, ini penting untuk menjaga situs peninggalan itu," kata dia.

Samaroo berpendapat pemerintah belum menganggap Muslim Madinka Afrika sebagai bagian dari komunitas agama di Trinidad and Tobago. Itu sebabnya, perlu bagi komunitas Muslim lebih aktif menarik dukungan publik untuk memperjuangkan kelestarian situs tersebut.

Pada tahun 1815, pemerintah kolonial Inggris menyerahkan Quare kepada Muslim Afrika-Amerika. Ini merupakan bentuk kompensasi atas sumbangsih Muslim terhadap Inggris dalam perang antara Inggris dan Amerika Serikat pada 1812-1815.

Sebelumnya, umat Islam menetap di pantai Timur AS. Sebagian merupakan budak, sisanya budak yang dimerdekakam. Inggris yang kala itu terdesak, mulai meminta bantuan koloninya di Karibia. Mereka juga meminta bantuan umat Islam.

Menurut data yang diperoleh Samaro, populasi Muslim saat itu mencapai 445 orang. Selesai perang, mereka menetap di Quare. Di sana, populasi mereka bertambah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement