Sabtu 05 Apr 2014 16:13 WIB

Menanti Pengakuan Islam di Angola (1)

Pemandangan di satu sudut Kota Luanda, Ibu Kota Angola.
Foto: Reuters/Siphiwe Sibeko
Pemandangan di satu sudut Kota Luanda, Ibu Kota Angola.

REPUBLIKA.CO.ID, Angola atau Republik Angola adalah sebuah negara yang terletak di selatan Afrika. Wilayahnya ber batasan dengan Namibia di selatan, Republik Demokrasi Kongo di utara, dan Zambia di timur.

Luando menjadi ibu kotanya. Di negara jajahan Portugis ini, Islam men jadi agama minoritas. Kristen menjadi agama dominan dengan sekitar 1.000 komunitas Kristen.

Mereka yang memeluk agama Islam adalah para imigran dari Afrika Barat dan mereka yang memiliki keturunan Lebanon.

Kebanyakan menganut Islam Sunni. Jumlah umat Islam sangat sedikit, hanya sekitar satu persen dari populasi. Karena keragamannya, tidak banyak komunitas Muslim yang terbentuk di negara yang baru merdeka pada 1975.

Umat Islam di sini diwadahi dalam Dewan Agung Muslim Angola yang berada di Luanda. Pada 2011, menurut Komunitas Islam Angola atau Comunidade Islâmica de Angola (COIA), ada lebih dari 80 masjid yang melayani sekitar 500 ribu Muslim. Jumlah ini diyakini terus bertambah.

Angola adalah satu-satunya negara di dunia yang tidak mengakui Islam. Pada Februari 2006, pemerintah menutup tiga masjid karena dinilai me lakukan pelayanan yang mengganggu ketertiban umum karena menghambat arus lalu lintas.

Namun, para ulama lokal bersama Institut Urusan Agama Nasional (INAR) yang berada di bawah Kementerian Hukum dan Budaya melakukan negosiasi dengan pemerintah. Hasilnya, semua masjid kembali dibuka pada Desember 2006.

Setiap tahun, jumlah Muslimin bertambah. Selain karena pernikahan dengan warga setempat, dakwah juga terus diserukan. Kaum imigran yang beragama Islam pun terus berdatangan.

Sebagian besar dari mereka merupakan para pengusaha dan pedagang. Tak hanya dari Lebanon, pendatang juga berasal dari Mali, Nigeria, serta Senegal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement