Senin 28 Oct 2013 06:20 WIB

Alhamdulillah, Islam Diakui di Hamburg Jerman

Masjid Imam Ali di Hamburg.
Foto: www.presstv.ir
Masjid Imam Ali di Hamburg.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa

Jerman memiliki populasi muslim terbesar di Eropa setelah negara Prancis. Lebih dari 4 juta muslimin tinggal di negara republik federasi tersebut. Angka tersebut mengambil presentase sekitar lima persen dari total penduduk 82 juta jiwa. Minoritas, namun Islam agama terbesar ketiga setelah dua agama Eropa, Protestan dan Katholik.

Menurut laman Euro islam, komposisi muslim di Jerman didominasi oleh para imigran. Hampir 80 persen muslimin di negeri Panser itu tak memiliki kewarganegaraan Jerman. Hanya sekitar 608 ribu yang tercatat sebagai warga negara Jerman, ditambah sekitar 100 ribu para mualaf warga Jerman.

Awal mula Islam datang memang berasal dari para buruh migran. Mereka yang sebagian besar datang dari Turki bekerja sekian lama di Jerman. Namun saat pekerjaan usai, setengah dari mereka tinggal bahkan membawa anak dan istri. Mereka pun kemudian menetap di kawasan industri seperti Berlin, Cologne, Frankfurt, Stuttgart, Dortmund, Essen, Duisburg, Munich, Nurnberg, Darmstadt dan Goppingen, dan Hamburg.

Dari sekian banyak kota komunitas muslim awal tersebut, Hamburg-lah yang paling terdepan dalam toleransi beragama. Kota terbesar kedua Jerman tersebut bahkan pada tahun lalu telah mengakui Islam sebagai agama dan memberikan hak bagi muslimin sebagai penganut agama. Islam memiliki tempat sebagaimana agama lain di salah satu kota paling makmur di Eropa tersebut.

Jumlah muslimin di kota Hanburg mencapai sekitar 120 ribu jiwa. Namun menurut Gatestone Institute, jumlah muslimin Hanburg mencapai 200 ribu jiwa. Mereka hidup tenang dan nyaman di bekas kota imperial Kekaisaran Romawi tersebut. Tak ada larangan umum penggunaan jilbab kecuali bagi guru, penjagalan hewan halal pun diizinkan dengan beberapa prasyarat. Dalam hal ibadah, mereka pun memiliki beberapa masjid yang layak. Terdapat pula sebuah Islamic Center Hanburg yang menjadi salah satu masjid syiah tertua di Eropa. The Islamic Centre Hamburg (Jerman : Islamisches Zentrum Hamburg) berdiri di akhir 1950-an dan hingga kini menjadi salah satu pusat Syiah di dunia Barat .

Kendati dapat hidup nyaman, muslimin Hanburg tak banyak mendapat hak seperti penganut agama lain. Mereka selalu menjadi minoritas dengan isu islamophobia yang merambah di Barat. Tak sedikit konflik yang bermunculan antara masyarakat umum dan komunitas muslim. Kondisi muslim Hanburg tersebut pun mulai berubah ketika pemerintah setempat memberikan pengakuan atas Islam.

Tahun lalu, tepatmya pada tanggal 13 November, terjalin kesepakatan bersejarah bagi muslimin Hanburg, bahkan muslimin Jerman secara umum. Walikota Hanburg, Olaf Scholz menandatangani kesepakatan dengan para pemimpin dari tiga organisasi Muslim Hanburg, yakni Uni Islam Turki DITIB ( DITIB ), Dewan Komunitas Islam ( Syura ) dan Federasi Pusat Budaya Islam ( VIKZ ). Organisasi tersebut telah mewakili sekitar 90 persen Muslim Hamburg.

Bukan sekedar mengakui tiga ormas Islam, pemerintah kota juga mendeklarasikan pengakuan Islam sebagai sebuah agama. Artinya, muslimin mendapat hak-hak lebih dari pemerintah. Menurut Islam Today, perjanjian tersebut menjamin hak untuk memeluk dan mempraktekkan Islam, melindungi properti komunitas Muslim, persetujuan pembangunan masjid dengan menara dan kubah , peruntukan lahan untuk pemakaman Muslim, penyediaan makanan halal di penjara dan rumah sakit, pengakuan hari libur Muslim, perwakilan Muslim di lembaga-lembaga negara dan beberapa hak-hak lainnya.

Tak hanya itu, menurut Gatestone Institute, pengakuan ttersebut juga memberikan tempat bagi kurikulum pengajaran Islam di sekolah umum. Muslim Hamburg juga berhak mendapat libur di tiga hari besar muslim, yakni Idul Fitri, Idul Adha dan Hari Asyura. Kesepakatan tersebut juga mencakup ketentuan yang lebih ramah bagi pembangunan masjid dan sarana muslimin lain.

Pemerintah Hanburg bahkan memasukkan siaran muslim bersama siaran Protestan dan Katolik di radio dan televise baik milik publik maupun swasta. Muslim juga berhak mendapat penyiaran publik dan federal Saluran TV ZDF Jerman. Intinya, seluruh hak dasar dan kesetaraan diberikan pemerintah Hanburg bagi muslimin.

Menurut WalikotaHanburg, Olaf Scholz, kesepakatan dengan muslimin tersebut merupakan sebuah tonggak baru untuk integrasi. Ia ingin membangun masyarakat yang kuat dan memberikan hak bagi setiap warganya. “Dengan ditandatanganinya perjanjian ini, kita memperkuat dasar masyarakat kota kita, bahwa kita semua adalah warga Hamburg,” ujarnya yang bukan lain merupakan mantan menteri perburuhan federal Jerman dari partai Sosial Demokrat.

Ketua Uni Islam Turki DITIB Hamburg, Zekeriya Altug menyebut kesepakatan tersebut sebagai "hari bersejarah" bagi muslim Hamburg dan Jerman. Muslimin sangat menyambut gembira dengan adanya kesepakatan tersebut. “Hamburg hari ini menjadi preseden bagi masa depan negara kita. Banyak pegawai Muslim tidak berani meminta hari libur pada hari raya karena takut terlihat buruk. Namun sekarang mereka mampu berkata, "Ini liburan saya, dan ini diatur oleh hokum”. Tentu saja ini membuat perubahan besar,” ujarnya.

 

Menuju Pengakuan Nasional

Pengakuan Islam di Kota Hamburg rupanya tak hanya mencetak sejarah muslim di kota saja, namun juga muslim Jerman. Pasca Hamburg, beberapa wilayah Jerman lain satu per satu melakukan hal sama. Mereka menjalin kesepakatan dengan muslimin dan mengakui Islam sebagai agama.

Beberapa pekan setelah Hamburg, Pemerintah provinsi Bremen juga melakukan hal sama. Lalu di tahun 2013, Islam juga diakui di kawasan Lower Saxony. Melihat hal tersebut, para politikus sosialis pun mengatakan keinginan agar Islam dapat diakui di tingkat nasional Jerman. "Ini akan menjadi sinyal penting untuk empat juta Muslim di Jerman, jika negara mengakui Islam sebagai sebuah komunitas agama. Islam perlu kesempatan yang adil di Jerman,” ujar seorang politikus sosialis Jerman, Dieter Wiefelspütz dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Neue Osnabrücker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement