Senin 03 Sep 2012 12:39 WIB

Islam di Swiss: Kehidupan Muslim di Pegunungan Alpen

Sebuah menara masjid tampak di salah satu sudut kota di Swiss.
Foto: AP
Sebuah menara masjid tampak di salah satu sudut kota di Swiss.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yayan Suryana Lc

Swiss atau Switzerland  adalah republik federasi yang berada di Eropa Tengah. Luasnya relatif kecil hanya 421,285 kilometer persegi dan berpenduduk 7,5 juta jiwa. Negara beribu kota Bern itu terdiri dari 26 negara bagian yang disebut “Canton”. Secara geografis, Swiss dibatasi oleh Jerman, Prancis, Italia, Austria dan Lienchtenstein.

Tak heran jika negara itu memiliki empat bahasa resmi, yakni; Jerman, Prancis, Italia dan Romansh. Sebanyak 75 persen penduduk Swiss berbahasa Jerman, 20 persen berbicara bahasa Prancis, 4,0 persen berbahasa Italia, dan sisanya berbicara dalam berbagai bahasa.

Swiss dikenal sebagai negara yang netral, karena tidak pernah terlibat perang dengan pemerintah asing sejak tahun 1815.  Maka tak heran Swiss menjadi basis atau tuan rumah berbagai organisasi besar di dunia. Seperti Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), serta kantor-kantor organisasi sayap  Perserikatan Bangsa-Bangsa, meski markas besarnya beradai Newyork, Amerika Serikat.

Swiss adalah negeri yang sangat cantik. Bahkan Ramadhan KH, punjangga besar itu pernah menulis, “Tuhan pasti tersenyum ketika Ia menciptakan Swiss”. Swiss sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen. Merupakan gunung-gunung tinggi yang menyeberangi daerah selatan-tengah negeri itu.

Gunung paling terkenal adalah Matterhorn (4,478 m) termasuk dalam pegunungan Alpen Valais dan Pennine di perbatasan Italia. Sedangkan puncak yang tertinggi adalah Dufourspitze (tingginya 4,634 m), di daerah ini ditemukan banyak lembah, air terjun dan glasier. Dan bagian dari Alpen Bernese di atas glasier Lauterbrunnen yang terdiri dari 72 air terjun dikenal dengan Jungfrau (4,158 m).

Sementara di bagian utara lebih banyak ditemukan lanskap terbuka dengan bukit-bukit, setengah hutan, dan sebagian berpadang rumput terbuka. Biasanya dipenuhi dengan  ternak atau ditanami sayuran dan buah-buahan. Meskipun begitu tetap disebut pegunungan. Beberapa danau besar dan kota-kota terbesar Swiss ada di wilayah ini. Pada tahun 2006 dan 2007, Zurich — kota terbesar di Swiss — dinobatkan sebagai kota yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia.

Islam Masuk ke Swiss

Masuknya Islam ke Swiss dimulai saat para pelaut Muslim dari Andalusia (Spanyol) membangun sebuah negeri di Prancis Selatan. Kemudian para pelaut Muslim itu menaklukkan negeri-negeri di sana menuju ke arah utara, sehingga pada tahun 939 M/321 H sampailah mereka ke wilayah St Gallen di Swiss.

Lalu, mereka memindahkan armadanya ke sana dengan tujuan untuk mengamankan Andalusia. Salah satu caranya dengan membangun berbagai menara pengintai dibeberapa tempat di pegunungan Alpen. Bahkan sebagian wilayah pegunungan Alpen ini akhirnya dikuasai oleh pasukan Islam, sehingga memudahkan mereka untuk masuk ke wilayah itu dari arah laut.

Raja Teutons yang menguasai Jerman saat itu pernah mengirimkan utusannya kepada raja Abdurrahman an-Nasir pemimpin kerajaan Islam Andalusia untuk membicarakan keberadaan tentara Islam di wilayah St Gallen. Setelah dinasti Islam di Andalusia runtuh, sebagian umat Islam di sana kembali berhijrah untuk menyelamatkan diri dari penyiksaan tentara Kristen, mereka memasuki wilayah Swiss selatan dan memutuskan untuk menetap di sana. Mereka bergabung dan menyatu dengan penduduk setempat.

Di pertengahan abad ke-14 Hijriah, Swiss kembali menjadi tempat hijrahnya umat Islam. Sebagian kecil umat Islam mengungsi ke sana setelah Perang Dunia II berkecamuk.

Berkat kebaikan akhlak dalam menyebarkan nilai-nilai Islam, beberapa penduduk asli Swiss memeluk agama Islam.

Seorang yang termasuk dalam golongan pertama masuk Islam adalah penyair Swiss Frithjof Schuon, sebelumnya ia menganut sebuah agama di Prancis yang beraliran kependetaan. Karena minatnya yang besar kepada Islam ia memutuskan untuk pindah ke Aljazair dan mengucapkan syahadat di sana.

Setelah mempelajari Islam ia kembali ke Swiss sambil terus mendakwahkan agama barunya itu. Setelah masuk Islam ia dikenal dengan nama as-Shaykh `Isa Nur al-Din Ahmad al-Shadhili al Darquwi al-Alawi al-Maryami. Dari tangan dinginnya ada beberapa warga Swiss yang menyatakan memeluk Islam.

Umat Islam di Swiss terus bertambah jumlahnya disebabkan masuknya imigran-imigran Muslim dari negara lain dan banyak penduduk asli Swiss yang memeluk Islam. Sensus tahun 1951 umat Islam di Swiss hanya berjumlah sekitar 2,000 orang, berkembang menjadi 30 ribu orang di akhir tahun 70-an.

Menurut hasil sensus pada 2009, umat Islam di Swiss mencapai 400 ribu atau 4,26 persen dari total penduduk Swiss. Sementara perempuan di Swiss yang masuk Islam sampai tahun 2009,  menurut Monica Nur Sammour-Wust, tokoh Muslimah di sana, jumlahnya sekitar 30 ribu orang.

Kota Basel menjadi kota dengan jumlah umat Islam terbanyak di Swiss. Kaum Muslimin di Swiss sebagian besar adalah imigran dari Arab, Kosovo, Turki, dan Afrika. Sebagian lainnya yaitu para diplomat, pekerja profesional, pegawai di PBB dan pelajar yang sedang menempuh studi. Umat Islam di Swiss membentuk komunitas sendiri-sendiri sesuai etnis dan kewarganeraannya, termasuk warga Indonesia yang menetap di sana.

Ketika Islam mulai berkembang di Swiss, kaum Muslim mendirikan sebuah Islamic Center yang pertama di kota Jenewa. Aktivitas Islamic Center itu sangat sederhana, hanya untuk tempat shalat berjamaah dan menerbitkan majalah Islam berbahasa Arab dan Prancis.

Akan tetapi,  semua kegiatan itu tidak berjalan lama, pada akhirnya Islamic Center ini ditutup. Baru pada tahun 1972 berdirilah persatuan Islam pertama yang bertujuan untuk mendirikan masjid pertama di Swiss. perkumpulan itu menetapkan tujuh orang pimpinan sebagai pelaksananya, ketujuh orang tersebut mewakili negara-negara Islam yang berkantor di Jenewa dan sekaligus berperan sebagai penasehat.

Mereka menetapkan peraturan-peraturan dan mendaftarkan organisasi ini secara resmi. Berkat kesungguhan para pimpinannya usaha tersebut berhasil, pemerintah Swiss memberikan izin untuk mendirikan masjid dan Islamic Center-nya. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1973, Raja Faisal—raja Saudi Arabia saat itu—berkunjung ke Swiss dan meletakkan batu pertama untuk mendirikan King Faisal Center yang lokasinya tidak jauh dari kantor PBB.

King Faisal Center mencakup sebuah mesjid yang cukup besar, perpustakaan dan sekolah gratis untuk anak-anak muslim. Kini, telah berdiri berbagai organisasi Islam modern yang tersebar diberbagai kota di Swiss. Salah satunya adalah Gemeinschaft Islamischer Organisationen der Schweiz (GIOS) yang didirikan di Zurich pada tahun 1989.  

* penulis alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement