Rabu 11 Jul 2012 11:05 WIB

Warga Bosnia Napak Tilas Pembataian Muslim Srebrenica

Rep: Gita Amanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga Muslim Bosnia mencari nama keluarga mereka diantara 775 jenazah yang baru ditemukan di Srebrenica, Sabtu 10 Juli 2010.
Foto: ap
Warga Muslim Bosnia mencari nama keluarga mereka diantara 775 jenazah yang baru ditemukan di Srebrenica, Sabtu 10 Juli 2010.

REPUBLIKA.CO.ID, SREBRENICA -- Tujuh belas tahun lalu, delapan ribu pria dan pemuda Muslim dibantai di Srebrenica, Bosnia-Herzegovina. Untuk memperingati peristiwa berdarah itu, Bosnia-Herzegovina menggalar napak tilas dan upacara peringatan dengan menguburkan kembali 520 jenazah korban yang baru diidentifikasi dari pembantai pada 1995 silam.

Jenazah para korban diambil dari kuburan massal yang berada disekitar Srebrenica dan digali kembali. Dan ribuan orang di seluruh Bosnia dan dunia berkumpul di Potocari dekat Srebrenica, Selasa (10/7) kemarin. Mereka berkumpul untuk memperingati pembantaian terburuk warga sipil di Eropa sejak Perang Dunia II.

Ribuan orang, termasuk para korban selamat di antaranya Administator Internasional Bosnia, Valentin Inzko, menggelar pawai selama tiga hari sebagai peringatan di perbukitan di timur Bosnia dekat Srebrenica. Pawai tersebut diselenggarakan setiap tahun, untuk menghormati para korban yang tewas dalam pembantaian.

"Hak Asasi Manusia yang paling tua adalah penguburan yang bermartabat. Untuk itu kami datang kesini untuk para korban, agar dapat dimakamkan lebih layak," ujar Inzko.

Awal perang Bosnia pada 1992, Srebrenica adalah sebuah kota yang mayoritas penduduknya Muslim. Pada 11 Juli 1995 pasukan Serbia-Bosnia menyerbu Srebrenica, dan memisahkan antara wanita serta anak-anak dari kaum lelaki. Kemudian mereka secara sistematis membunuh pria-pria dalam eksekusi massal. Mereka lantas dikubur secara massal di wilayah tersebut.

Belum semua kuburan massal yang berisi para korban Srebrenica ditemukan. Beberapa yang telah ditemukan masih sulit identifikasi, karena jenazah banyak yang tak utuh.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement