Selasa 02 Aug 2011 23:57 WIB

Inilah Sosok dan 'Akar Terorganisir' di Balik Gerakan Anti-Syariah di Amerika

David Yerushalmi
Foto: New York Times
David Yerushalmi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Kini tengah digalakkan di AS, gerakan keras menentang syariah Islam demi membuat Muslim di negara itu tetap di pinggiran. Bila dilacak lebih dalam, sedikit yang tahu bahwa pengacara di Broklyn adalah sosok yang mengaransemen gerakan anti-Muslim itu selama lima tahun.

"Faktanya tak mungkin ada pengambilalihan oleh syariah di Amerika, karena bukan itu tujuan Muslim," ujar presiden Dewan Urusan Publik Muslim (MPAC) seperti dilansir New York Times, akhir bulan lalu.

"Tapi stigma itu yang diusung. Itu murni tujuan politis demi menciptakan ketakutan dan histeria," ujarnya.

Selama beberapa tahun terakhir, Muslim di AS diserang oleh gerakan keras, terutama setelah muncul kontroversi terhadap rencana konstruksi Islamic Center di dekat Ground Zero di New York.

Memanfaatkan retorika anti-Islam yang merebak, seroang pengacara bernama David Yerushalmi, Yahudi Hasidik berusia 56 tahun dikenal dengan pernyataan kontroversial berbau rasis, menyoal imigrasi dan Islam, berhasil mendapat dukungan dari figur-figur utama di Washington.

Beberapa figur yang menyambut gagasan David adalah mantan direktur CIA, R. James Woolsey, kandidat presiden dari kubu Republik, Newt Gingrich and Michele Bachmann. Nama terakhir itu dalam bulan ini meneken gugatan untuk menolah syariah yang ia sebut sebagai 'kontrol bersifat totalitarian'.

Gerakan David sebenarnya dimulai Januari 2006 lalu setelah mendirikan Masyarakat Amerika untuk Eksistensi Nasional. Itu adalah lembaga nirlaba yang menjadi kendarannya menentang syariah.

Mengajukan rencana undang-undang Syariah pertama, ia menyodorkan gagasan di websitenya bahwa mereka yang hendak menggunakan syariah Islam perlu ditindak pidana hukuman 20 tahun penjara.

Ia juga mengembangkan proyek berjudul "Pemetaan Syariah' di mana ia mulai menggalang dana untuk penelitian apakah ada tautan antara hal yang ia klaim 'perilaku taat syariah' di masjid-masjid Amerika dengan tindak kekerasan.

Lewat proyek tersebut, David mengenal Frank Gaffney, seorang pengamat politik yang kerap melontarkan serangan terhadap minoritas. Frank juga presiden dalam lembaga Pusat Kebijakan Keamanan di Washington.

Berdua, mereka meluncurkan "Pemicu depat nasional mengenai sifat Syariah dan kebutuhan untuk melindungi Konstitusi kita dan negara dari keberadaan syariah". Program itu ia tulis dalam sebuah email yang dikirim ke New York Times.

Fanatik

Banyak analis mengkritik dan mengecam gerakan Yerushalmi yang fokus menarget Syariah Islam. "Bahkan di negara-negara dengan mayoritas Muslim masih ada perdebatan mengenai penerapan total hukum Islam di era modern," ujar asisten profesor, Andrew F. March, spesialisasi dalam kajian hukum Islam di Universitas Yale.

Ia menambahkan, tak semua negara bermayoritas Muslim menerapkan hukum Islam. Andrew pun menekankan, meski toh diterapkan, syariah Islam tak akan berlaku pada non-Muslim, juga ketika ada pertikaian antara Muslim dan non Muslim.

Dalam pengadilan AS, para hakim dapat mengacu hukum syariah dalam persoalan Muslim yang melibatkan perceraian dan penetapan hak asuh atau dalam kasus perdata dan warisan.

Dalam sebuah laporan oleh Pusat Kebijakan Keamanan, ada 50 kasus diidentifikasi melibatkan hukum Syariah dalam keputusannya selama tiga dekade terakhir.

Namun, diduga karena pengaruh propaganda Yerushalmi, para anggota parlemen di puluhan negara bagian kini mengajukan rencana undang-undang yang melarang hakim lokal mengacu pada syariah ketika menangani kasus peceraian atau sengketa pernikahan. Meski dalam kasus tersebut kedua pihak yang bertikai adalah Muslim.

Draf penolakan penggunaan hukum syariah itu sejauh ini telah disahkan di tiga negara bagian.  Namun pada November lalu, pengadilan federal menghadang amandemen konstitusional yang berniat melarang penggunaan Syariah di Oklahoma.

Bagi Yerushalmi kondisi itu hanya sekunder, jauh dari tujuan primer. "Jika UU ini berhasil disahkan di setiap negara bagian tanpa ada friksi, maka syariah sama sekali tak bisa digunakan," ujarnya dalam beberapa kali kesempatan wawancara dengan media.

Anti-Syariah bukan satu-satunya debat yang berhasil dimunculkan sebagai polemik oleh David. Pada 2006 ia menulis essay bahwa 'bagian paling fundamental dari perbedaan adalah ras dan genetik'.

Ia juga mempertanyakan mengapa 'orang-orang sulit mengakui fakta bahwa ada beberapa ras yang memiliki performa lebih baik dalam hal olahraga, matemateika, bahasa, beberapa lebih baik di kalangan Barat dan beberapa lebih baik di kalangan persukuan."

David pernah pula memunculkan debat rasis yang ia pandang sebagai budaya politik yang benar. Ia menyayangkan mengapa topik ini tak pernah dipakai dalam debat terbuka. Apakah itu. "Mengapa para pendiri negara tak memberi hak pilih pada wanita dan budak kulit hitam."

Rupanya ulah David pun mendapat kecaman dari sesama Yahudi. Dalam website milik Liga Anti Pencemaran Nama Baik, sebuah organisasi hak asasi manusia Yahudi, disebutkan bahwa David Yerushalmi adalah sosok yang terkenal anti-Muslim, anti-Imigran dan fanatik anti-Kulit Hitam.

Perlu diketahui RUU anti-syariah yang pernah ajukan mendapat penolakan keras dari Uni Kebebasan Sipil AS dan perkumpulan bishop Katholik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement