Senin 17 Jun 2019 12:24 WIB

Bukti Cinta kepada Rasulullah SAW

Hendaknya mencintai Rasulullah SAW lebih besar daripada mencintai diri sendiri

Ribuan umat muslim berdoa saat menghadiri Tabligh Akbar Majelis Rasulullah dalam peringatan Maulid Muhammad SAW 1440 H di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (20/11).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Ribuan umat muslim berdoa saat menghadiri Tabligh Akbar Majelis Rasulullah dalam peringatan Maulid Muhammad SAW 1440 H di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (20/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Al Khaththath     

Pada saat perang Uhud sedang berkecamuk, Rasulullah SAW terpojok bersama tujuh orang Anshar dan dua orang Quraisy (Muhajirin).

Baca Juga

Ketika kaum musyrik telah merangsek mendekat, beliau bersabda, ''Siapa yang bisa menolak serangan mereka, ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.''

Majulah seorang laki-laki dari kaum Anshar lalu memerangi musuh hingga terbunuh. Lalu musuh kembali merangsek mendekat. Rasulullah bersabda, ''Siapa yang bisa menolak serangan mereka, maka ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.''

Maka, majulah seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu memerangi musuh hingga ia terbunuh. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang hingga terbunuhlah tujuh orang Anshar. Rasulullah bersabda kepada dua sahabat Muhajirinnya, ''Kita tidak sebanding dengan para sahabat kita dari kalangan Anshar itu.'' (HR Muslim).

 

***

Bagaimana orang-orang itu bisa begitu rela berkorban? Jawabannya tentu karena mereka mencintai Rasulullah SAW lebih dari diri mereka sendiri. Dan, sikap demikian memang diperintahkan Rasul sebagaimana yang pernah dialami Umar bin Khathab yang berkata, ''Wahai Rasulullah! Sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.'' Nabi SAW berkata, ''Tidak bisa! Demi Allah hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.''

Maka Umar berkata, ''Sesungguhnya mulai saat ini, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.'' Nabi SAW bersabda, ''Sekarang engkau telah benar wahai Umar.'' (HR Al Bukhari). Benar, mencintai baginda Rasulullah SAW bukanlah sekadar mencintai diri pribadi beliau sebagai manusia yang sama dengan kita.

Namun, mencintai beliau adalah mencintai Rasulullah SAW pembawa risalah Allah SWT, risalah hidup yang menjadi pedoman kita, serta mencintai pribadi pemimpin agung, sayyidul anbiya wal mursalin, yang mengarahkan kehidupan kita kepada jalan yang benar, yang diridhai Allah SWT.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah bukti nyata cinta kita kepada baginda Rasulullah SAW sebagaimana para sahabat Anshar telah membuktikan cinta mereka pada kisah di atas? Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariiq!

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement