Ahad 02 Jun 2019 09:14 WIB

Turki Bangun Masjid Terbesar di Albania

Masjid Agung Tirana Albania akan menjadi masjid terbesar di wilayah Balkan.

Rep: Ratna Ajeng/ Red: Indira Rezkisari
Masjid Agung Tirana di Albania sedang memasuki proses perampungan bangunan.
Foto: Wikipedia
Masjid Agung Tirana di Albania sedang memasuki proses perampungan bangunan.

REPUBLIKA.CO.ID, TIRANA -- Masjid Agung Tirana merupakan masjid yang sedang dibangun di ibu kota Albania, Tirana. Masjid ini akan menjadi yang terbesar di wilayah Balkan.

Masjid Agung Tirana memiliki luas 32 ribu meter persegi. Dinding bangunan itu dilapisi batu pucat dan ditutup dengan kubah dan menara, yang tidak terlihat seperti struktur apa pun yang pernah berdiri di daerah itu sebelumnya.

Baca Juga

Bangunan ini bergaya Ottoman klasik. Tidak heran karena pembangunan masjid ini memang didanai oleh pemerintah Turki.

Turki tak hanya membangun masjid di Albania, baru-baru ini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membangun masjid di dalam dan luar negeri. Satu di Accra, Ghana, adalah yang terbesar di Afrika Barat. Lainnya di Bishkek, Kirgistan, adalah yang terbesar di Asia Tengah.

Sebuah kompleks di Maryland dikatakan sebagai yang terbesar dari jenisnya di seluruh Belahan Barat. Setidaknya ada 2.000 masjid lainnya dari berbagai ukuran yang didanai oleh Turki, dan masih banyak lagi yang telah direncanakan atau dibahas di tempat-tempat seperti Venezuela, di mana Erdogan mendukung pemerintahan Nicol Mads yang terkepung, dan Kuba yang menurut Erdogan pelaut Muslim telah mencapainya sebelum Christopher Columbus.

Masjid-masjid di Turki dikelola oleh Direktorat Urusan Agama, atau Diyanet, sebuah badan negara yang mempekerjakan para imam, menulis khotbah, dan mengeluarkan fatwa. Didirikan pada tahun 1924, tetapi tumbuh dengan cepat di bawah AKP untuk menjadi organ politik yang lebih terbuka.

Diyanet sering mengisi kesenjangan pendanaan di negara-negara penerima, seperti yang terjadi di Albania. Pada tahun 1967, ketika diktator Albania saat itu, Enver Hoxha, mengamanatkan ateisme negara, praktik agama di muka umum dilarang, dan tempat-tempat ibadah dihancurkan atau digunakan kembali. Setelah kejatuhannya, penduduk, yang diidentifikasi sebagai 57 persen Muslim, 10 persen Katolik, dan 7 persen Ortodoks, tidak memiliki masjid atau gereja dan tidak memiliki sarana untuk membangunnya.

Uang Turki juga telah mencapai Albania melalui Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TİKA), yang mendistribusikan sebagian besar bantuan pembangunan negara dan yang telah melakukan lebih dari 200 proyek di sana, menurut kantor Erdogan, termasuk memulihkan masjid-masjid Utsmani. Badan ini juga mendanai berbagai program lain di Tirana, seperti pengembangan taman dan pembangunan asrama universitas, kata wali kota kota saat ini, Erion Veliaj, dikutip dari laman The Atlantic.

Melihat masjid baru yang dekat dengan katedral-katedral Katolik dan Ortodoks, Veliaj mengatakan, memberinya kesenangan luar biasa. Dia juga yakin, bahwa variasi Islam Albania yang santai akan tetap tidak terpengaruh oleh pengaruh Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement