Selasa 11 Jun 2019 17:17 WIB

Benteng-Benteng Warisan Kerajaan Islam di Nusantara

Benteng ini dibangun untuk menahan serangan pasukan penjajah

Fort Rotterdam
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Fort Rotterdam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia pernah berdiri puluhan kerajaan Islam. Selain menyebarkan agama, kerajaan-kerajaan tersebut juga berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Sebab, mereka menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah.

Untuk melawan penjajah tersebut, mereka membangun benteng pertahanan yang kokoh. Benteng ini dibangun untuk menahan serangan pasukan penjajah, baik Belanda maupun Portugis. Konstruksinya dibuat sekokoh mungkin untuk menahan serangan musuh.

Kini, benteng-benteng tersebut masih bisa kita saksikan. Sayang, sebagian di antaranya  tidak terurus. Padahal, nilai sejarah yang tersimpan di dalamnya sangatlah besar. Namun, ada juga benteng yang tetap terawat dan menjadi objek wisata. Maka dari itu, memang sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga peninggalan sejarah. N

Benteng Iskandar Muda

Benteng ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda—penguasa Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16—untuk menahan serangan Belanda dan Portugis. Letaknya berada di daerah Krueng Raya, Kecamatan Mesjid Raya, Banda Aceh.

 

Bentuk benteng ini persegi empat. Namun, kondisinya tampak kurang terawat. Sebab, sebagian bangunannya juga mengalami kerusakan akibat tsunami besar pada 2004 lalu.

Sultan Iskandar Muda merancang benteng ini dengan sedemikian rupa. Posisinya juga sangat strategis karena berada di pinggir Selat Malaka. Posisi ini memungkinkan untuk bisa mengamati pergerakan pasukan penjajah. N

 

Fort Rotterdam

Fort Rotterdam disebut juga Benteng Ujung Pandang. Ini merupakan benteng pertahanan yang dibangun Kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan. Posisinya sangat strategis, yaitu di pinggir sebelah barat Kota Makassar.

Benteng yang masih kokoh berdiri tersebut dibangun I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa “risi” Kalloma selaku Raja Gowa pada 1545. Awalnya, benteng dibangun dengan menggunakan tanah liat.

Namun, pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, Sultan Alauddin, konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas. Bentuk benteng tersebut seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. N

Bentang Liya Togo

Benteng ini merupakan peninggalan Kesultanan Buton di Sulawesi Tenggara yang dibangun pada abad ke-16. Luasnya sekitar 30 hektare. Di dalamnya tersimpan banyak peninggalan bersejarah lainnya, seperti Masjid Mubarak.

Benteng Liya Togo terletak di Desa Liya Raya, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi. Kompleks inti benteng berada di daerah tertinggi. Keunikan bangunan ini, memiliki konstruksi batu tanpa menggunakan perekat semen.

Kini, Benteng Liya Togo menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Pemerintah telah menetapkan Bentang Liya Togo sebagai cagar budaya dunia.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement