Jumat 31 May 2019 17:17 WIB

Mengenal Band Al-Farabi

Al-Farabi memainkan sejumlah instrumen musik secara akustik.

Al-Farabi Band
Foto: Blogspot.com
Al-Farabi Band

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah grup band terbentuk di tanah Arab dengan menggunakan nama seorang filsuf besar Muslim dan menjadikan puisi klasik sebagai bahan lirik tembang mereka. Inilah representasi warisan seni yang menjadi jembatan selera generasi lawasan dengan jiwa muda kini.

Nama al-Farabi tentu telah akrab dan dikenal sebagai saka guru kedua pemikir besar Muslim di abad pertengahan setelah filsuf Yunani Aristoteles. Begitulah Peter Adamson, pengajar filsafat di King's College London (Inggris), menjulukinya. Dedikasi dan pengabdian al-Farabi dalam filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni ternyata menginspirasi sebuah kelompok musik dalam berkarya.

Dalam wawancaranya di situs arabnews.com, Thamer Farhan, pentolan manajemen artis Libra Productions serta anggota band Al-Farabi, menjelaskan keunikan gaya bermusik mereka. Band yang terbentuk di Jeddah, Arab Saudi, setahun lalu ini memang sedang giat-giatnya meracuni telinga pencinta musik Arab.

Al-Farabi memainkan sejumlah instrumen musik secara akustik. Nuansa perkusi, drum, dan vokalisasi dasar bernuansa Arab Timur Tengah turut melengkapi. Perpaduan alat musik dengan suara khas itu menghasilkan lirik lagu dari puisi-puisi Arab yang dikemas dinamis bagi pendengar muda.

"Impianku untuk menyemarakkan genre musik dengan jenis musik yang unik tercapai. Semuanya terwujud dari bakat dan kualitas vokal seniman lokal," ungkap Thamer.

Dia pun mengungkapkan, pilihannya jatuh pada Libra Productions untuk menyempurnakan penggarapan musiknya. Lantaran mereka menyediakan peralatan audio lengkap dan layanan penggarapan komposisi sempurna.

Para anggota Al-Farabi juga merasa nyaman ditangani mereka. Kedekatan emosional dengan sang pemilik Libra, Diya Azzony dan Emad Mujallid, membuat seksi baru di bidang manajemen bakat musik. Thamer kemudian ditunjuk sebagai pimpinannya. "Al-Farabi adalah proyek pertama manajemen kita," ungkap Thamer.

Pemilihan anggota band ditentukan oleh Mothanna dan Diya. Setelah formasi band terbentuk, mereka merilis demo musik bertitel Story of A King di video YouTube dengan memakai akun milik Mothanna. Respons positif dari pengguna media sosial itu meletupkan semangat tim Al-Farabi untuk bereksperimen kreatif.

Mereka pun memutuskan mencari jenis aliran musik sendiri. Lalu, mereka mencari seniman-seniman berbakat dari berbagai genre musik untuk memperkaya khazanah bermusik mereka. Seperti dua personelnya, Ahmed dan Saher, yang memainkan alat musik oriental, Arab, dan Timur Tengah.

Kemudian, ada Emad dan Ghassan yang berasal dari aliran metal dan rock. Anggota Al-Farabi lainnya, Anas, Mothanna, dan Diya, punya kemampuan variatif, mulai dari rock, Arab, dan eksperimental. Diya dikenal juga ahli dalam tata suara serta menguasai musik hiphop."Seluruh kemampuan tadi membantu kita menghasilkan jenis musik baru yang memuaskan telinga penggemar seluruh genre musik," jelas Thamer.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement